Bab
I : Pendahuluan
A. Latar
belakang masalah
Aksi
demo yang tak bisa dibendung lagi oleh sebagian masyarakat di negara-negara
timur tengah pada awal tahun 2011 ini. Bermula dari rakyat Tunisia yang
melakukan demo menuntut presiden yang menjabat di negeri tersebut untuk mundur.
Hal itu dilakukan masyarakat Tunisia sebagai tindakan protes atas kepemimpinan
presiden Tunisia yang sudah melewati batas dari norma-norma yang berlaku.
Perlakuan rakyat Tunisia ini rupanya dicontoh pula oleh rakyat mesir,
mereka-mereka rakyat mesir menunjukkan kebosanannya atas kepemimpinan yang
dijalanankan presiden Mesir selama ini.
B. Rumusan
masalah
Rakyat
tak bisa tinggal diam bila negerinya tidak kunjung terlepas dari tindak korupsi
para pejabat negaranya, harga-harga kebutuhan pangan yang tinggi, kemiskinan
yang merajalela, dan angka pengangguran yang semakin bertambah.
Aksi
demo seperti yang dilakukan rakyat Tunisia dan Mesir merupakan bentuk klimaks
dari kejenuhan rakyat akan sistem pemerintahan yang tidak dikelola dengan baik.
Bagaimana rakyat kecil harus dapat menahan emosi jika dalam suatu tempat
kelahirannya, jurang antara si Kaya dan si Miskin semakin menganga lebar. Cepat
atau lambat, setiap rakyat tersebut pasti akan protes, dan kemudian dia akan
berusaha menyuarakan kebenaran yang semestinya menjadi landasan dalam
berkehidupan dalam suatu lingkup negara bahkan dunia.
C.
Tujuan
·
Mengulas permasalahan mengenai reformasi
di Timur Tengah
·
Mengkaji permasalahan mengenai reformasi
di Timur Tengah
·
Mempelajari permasalahan mengenai
reformasi di Timur Tengah
·
Menganalisis permasalahan mengenai
reformasi di Timur Tengah
·
Menyimpulkan permasalahan mengenai
reformasi di Timut Tengah
Bab II : Reformasi di Timur Tengah
A.
TUNISIA
sebagaimana beberapa negara Timur Tengah yang lain, kondisinya secara umum
memang matang untuk memicu ledakan. Pemicu utamanya adalah tidak adanya tiga
hal, yaitu: kebebasan; keadilan; dan kesejahteraan. Hal tersebut sudah menumpuk
lebih dari empat puluh tahun, dari semasa Habib Bourguiba (25 July 1957 – 7
November 1987) sampai Zaenuddin bin Ali (November 7, 1987 – 14 January 2011).
Selama itu, kekuatan diktator militer yang dipimpin Ben Ali ini sudah berhasil
memukul seluruh lawan politiknya, termasuk dari harakah islamiyah seperti
Hizbun Nahdhah. Seluruh pimpinan Hizbun Nahdhah dipenjara, partainya dibubarkan
dan dijadikan partai terlarang. Pemimpinnya, Rashid al-Ghannushi diusir keluar
atau tepatnya lari keluar dan tinggal di Inggris hingga 22 tahun.
Pemicu revolusi Tunisia pada awalnya ada seorang insinyur, Muhammad
Bouazizi, yang tidak mendapatkan perkerjaan. Akhirnya bekerja sebagai pedagang
kaki lima, menjual buah-buahan dan sayuran dengan gerobak dorong. Sebagaimana
biasa, penjual kaki lima sering menjadi korban razia petugas kamtib. Ia
ditangkap, barangnya disita dan dibawa ke Kantor Walikota Sidi Bousaid. Ia dan
teman-temannya mendatangi Kantor Pemda protes dan meminta barang-barangnya
dikembalikan. Dan kebetulan pejabat walikotanya itu seorang perempuan. Bouazizi
sangat vokal mewakili teman-temannya untuk menuntut dikembalikan barang-barang
yang disita. Tapi ia diperlakukan kasar sampai ditempeleng wajahnya oleh
pejabat walikota. Karena tidak ada jalan lain untuk melawan kekuasaan yang
demikian besar, ia melakukan protes dengan menyambar jerigen bensin dari
pedagang bensin eceran, lalu menyiram dirinya dengan bensin dan membakar diri
di depan kantor walikota sampai meninggal. Aksi yang dilakukan setelah shalat
Jum’at, 17 Desember 2010 itu menyulut aksi dan demonstrasi besar-besaran di
kota Sidi Bousaid. Dari sinilah revolusi Tunisia meledak.
Semua meledak tanpa ada perencanaan. Akhirnya ledakan revolusi ini
berhasil menjatuhkan Ben Ali. Seorang Bouazizi menjatuhkan Presiden Tunisia,
Ben Ali. Ben Ali kemudian lari ke luar negeri pergi mencari suaka politik.
Pesawatnya berputar-putar terbang di atas Eropa selama 8 jam, tapi tidak ada
yang mau menerima. Akhirnya pemerintah Arab Saudi mau menerimanya setelah ia
terbang selama 8 jam tanpa tujuan yang jelas.
Alhamdulillah reformasi dan revolusi di Tunisia bergulir cepat.
Kelompok-kelompok yang tadinya ditindas oleh Ben Ali tumbuh kembali. Baik dari
komunis, sosialis, sekuler, nasionalis, semuanya tumbuh subur. Rashid
Ghanouchi, yang selama 20 tahun mengungsi ke Eropa kembali ke Tunisia. Saat
kembalinya, beliau disambut di airport oleh masyarakat luas sampai puluhan
ribu. Jumlah tersebut fantastis dan luar biasa untuk skala Tunisia, karena
jumlah penduduknya hanya sepuluh juta. Partai penguasa, yaitu Hizb Tajammu’
Dusturi (Partai Perkumpulan Konstitusi) telah dibubarkan. Inilah kelebihan
reformasi di Tunisia yang dapat membubarkan partai penguasa.
Sekarang, kondisi angin kebebasan politik itu luar biasa, termasuk
kebebasan dakwah. Namun secara umum, ekonomi Tunisia yang berbasiskan wisata
itu ambruk. Pertumbuhan ekonominya minus. Dahulu pertumbuhannya sekitar 5-6%.
Kondisi keamanan pun kacau. Karena polisi-polisi dahulu digunakan sebagai alat
represi dan memberangus demonstrasi atau membunuh demonstran sehingga terjadi
kebencian luar biasa kepada polisi. Akhirnya pihak polisi ini tidak berani
tampil dalam pengelolaan keamanan. Banyak yang mengundurkan diri dan
masyarakatpun tidak mau menerima kehadiran mereka. Di sisi lain, partai
penguasa yang dibubarkan mengacaukan situasi dengan menumbuhkan premanisme,
istilah arabnya balthajiyah.
B. MESIR
Gejolak di Tunisia yang berhasil tuntas dengan cepat, juga merembet ke
Mesir. Di Mesir tidak ada pemicu seperti kasus Bouazizi. Kondisi di Mesir juga
sama dengan Tunisia karena ekonominya tertumpu kepada wisata. Ekonominya cukup
parah kondisinya. Partai berkuasanya yang dibubarkan juga mengembangkan
premanisme di mana-mana.
Saat ini kepolisian belum berperan. Kalaupun ada dan baru mulai, itu
polisi lalulintas. Yang lain-lain posnya kosong. Yang berperan memegang
manajemen pasca kejatuhan Mubarak ini adalah Dewan Tinggi Militer (Majelis
A’laa al ‘Asykariy). Dewan itu, walaupun sejak awal mengatakan pro-demonstran,
pro-reformasi dan pro-revolusi (tsaurah), bagaimanapun juga ada usaha-usaha
(dengan banyak pihak lainnya) untuk membatasi tuntutan perubahan.
Untuk mengelola peluang politik ini, Ikhwanul Muslimin sudah mendirikan
partai yang bernama Hizbul Hurriyah wal ‘Adaalah (Partai Kebebasan dan
Keadilan). Ketuanya adalah DR. Muhammad Mursi, dahulu menjabat ketua fraksi di
Mesir. Wakilnya DR. Essam Al Urian, sekjennya DR. Muhammad Sa’id Katatni.
Partai dideklarasikan sebagai partai terbuka bagi seluruh rakyat Mesir (kecuali
mantan anggota partai penguasa lama) termasuk masyarakat Kristen Qibthy
(koptik). Sebagai partai terbuka, sama haknya antara muslimin dan masihiyyiin
untuk masuk di partai dan untuk menempati jabatan apapun di dalam partai ini
jika terpilih oleh syuro. Kebijakan Ikhwan tidak akan mencalonkan pada periode
ini untuk menjadi presiden, walaupun menang pemilu. Diumumkan juga PKK tidak
akan mendirikan negara agama, tapi negara madani.
Mesir tenggelam dalam demonstrasi anti-pemerintah yang paling serius sejak
Presiden Hosni Mubarak berkuasa pada 1981. Hal ini sekaligus menjadi uji coba
pasukan keamanan yang kuat dalam pemimpin biri-biri politik bagi dunia Arab.
Berikut adalah perkembangan
utama di Mesir tahun ini:
17 Januari
• Seorang pria berusia 50 tahun
membiarkan dirinya sendiri terbakar di luar gedung parlemen. Ini jelas meniru
aksi bunuh diri di Tunisia pertengahan Desember. Kejadian ini juga memicu
pergolakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali.
18 Januari
• Seorang laki-laki usia 25
tahun meninggal dalam sebuah kerusuhan kebakaran di utara kota Alexandria. Satu orang lainnya, seorang
pengacara berumur empat puluhan, sendirian melakukan aksi di luar markas
pemerintah di Kairo.
24 Januari
• Mohamed ElBaradei membakar
rakyat Mesir dengan mengatakan bahwa Mesir harus bisa melakukan apa yang telah
dilakukan rakyat di Tunisia.
25 Januari
• Demonstrasi anti-pemerintah
diikuti oleh ribuan orang di jalan-jalan Mesir. Dua demonstran tewas di Suez
setelah bentrokan dengan polisi dan di Kairo seorang petugas polisi meninggal
setelah dipukuli oleh para demonstran.
26 Januari
• Ribuan orang berdemonstrasi di
kota-kota Mesir, meskipun larangan ketat diberlakukan oleh pemerintah. Gas api
dan air mata dilepaskan oleh polisi Mesir pada para demonstran.
• Di Kairo seorang pengunjuk
rasa dan seorang polisi tewas dalam bentrokan.
• Di Suez, 55 demonstran dan 15
polisi cedera dalam bentrokan.
27 Januari
• Pasukan keamanan Kairo
membanjiri pusat.
• Ratusan pengunjuk rasa bentrok
dengan polisi di Suez dan Ismailiya.
• Seorang pemuda ditembak mati
oleh polisi di kota Sinai Syekh Zuwayed.
• Gedung Putih memperingatkan
pemerintah Mesir dan para demonstran bahwa mereka memiliki
"kewajiban" untuk menghindari kekerasan.
• Uni Eropa meminta Mesir agar
menghormati hak untuk protes.
28 Januari
• Protes anti-rezim kembali
digelar setelah salat Jumat.
• Di Kairo, polisi anti
huru-hara menembakkan peluru gas air mata dan karet untuk membubarkan puluhan
ribu demonstran, sedangkan di Suez pengunjuk rasa terbunuh dan di Alexandria
gedung Governorat dibakar.
• Akses layanan internet di
Mesir ditutup.
• Mohamed ElBaradei bergabung
dengan ribuan orang setelah salat Jumat di Kairo, sehari kemudian ia kembali ke
rumahnya dan mengatakan dia siap untuk "memimpin transisi."
• Mubarak memberlakukan jam
malam dan meminta tentara untuk membantu polisi.
• Amerika Serikat, Inggris dan
Jerman menyatakan keprihatinan tentang kekerasan. Inggris mengatakan bahwa
pengunjuk rasa berhak memiliki "keluhan yang sah."
• Para pengunjuk membakar markas
besar Partai Demokrasi Nasional yang berkuasa.
29 Januari
• Puluhan ribu demonstran
membanjiri jalanan Kairo, mengabaikan jam malam yang juga diterapkan di
Alexandria dan Suez.
• Bentrokan antara para
demonstran pecah dengan pasukan keamanan.
• Tiga orang tewas di ibukota
sementara massa di Rafah menewaskan tiga polisi.
• Jumlah korban tewas secara
nasional sejak Selasa mencapai minimal 51.
• Bentrokan terjadi juga di
Ismailiya.
• Tentara meminta rakyat Mesir
untuk melindungi diri terhadap para penjarah. Puluhan toko dijarah di Kairo.
• Pengunduran diri dari
pemerintah, yang dijanjikan oleh Mubarak, diumumkan.
• Ahmed Ezz, secara luas dilihat
sebagai bagian terpenting dari sebuah rezim korup, mengundurkan diri dari
Partai Demokrasi Nasional.
• Ikhwan, kelompok oposisi yang
dilarang, menyerukan transisi damai kekuasaan melalui kabinet.
• ElBaradei mengatakan bahwa
Mubarak "harus pergi."
• Yusuf al-Qaradawi, ulama
berpengaruh, mendesak Mubarak untuk mundur demi kebaikan negara.
• kepala intelijen Mesir Omar
Suleiman dilantik sebagai wakil presiden. Ini terjadi pertama kalinya dalam
kepresidenan Mubarak selama 30 tahun.
30 Januari
• Ribuan narapidana keluar dari
penjara.
• Pesawat-pesawat tempur Mesir
terbang rendah di atas para demonstran di pusat kota ketika Mubarak melakukan
kunjungan komando kepada militer pusat.
• Oposisi Mesir meminta
ElBaradei bernegosiasi dengan rezim.
• Al Jazeera channel diperintahkan
untuk ditutup di Mesir.
• Amerika Serikat dan beberapa
pemerintah lain mempersiapkan untuk mengevakuasi warga mereka dari Mesir.
• Gedung Putih AS mengatakan
bahwa Presiden Barack Obama telah menyuarakan dukungan untuk "transisi
damai dari pemerintah yang responsif terhadap aspirasi rakyat Mesir."
• Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu mengatakan Israel hati-hati mengamati perkembangan.
• Enam hari protes nasional
menyebabkan sedikitnya 125 orang tewas.
• Polisi diperintahkan kembali
ke jalan-jalan dan jam malam diperpanjang untuk menjalankan.
• Parlemen Fathi Surur
mengatakan hasil pemilihan parlemen 2010 yang penuh kecurangan akan direvisi.
C.
LIBYA
Revolusi
juga merembet ke Libya. Di Libya peran kabilah sangat besar. Termasuk dalam
melakukan perlawanan militer, mengingat kabilah di sana bersenjata, selain juga
militer banyak yang bergabung. Militer regular di Libya justeru tidak terlatih.
Peralatannya juga tidak dimodernisasi oleh Qadhafi. Ia hanya memodernisasi lima
brigade yang dipimpin langsung oleh anak-anaknya baik peralatan maupun
pelatihannya. Brigade inilah yang menjadi andalan Qadhafi dalam menghadapi
demonstran. Adapun pasukan regular lainnya sudah bergabung dengan demonstran.
Kekuatan andalan lainnya dari Qadhafi adalah pemberontak di seluruh dunia yang
pernah ia bantu selama empat puluh dua tahun berkuasa. Qadhafi menjadi pionir
dalam pembiayaan atau mendukung pemberontakan-pemberontakan, atau siapapun yang
memberontak di berbagai belahan dunia. Mau islam, kanan, kiri, komunis, semua
didukung, dipersenjatai, dan dibiayai olehnya. Sekarang sepertinya mereka
ditagih balas budi. Para pemberontak di Negara Afrika dan Eropa Timur diminta
untuk mengirimkan pasukannya dan dibiayai, dikirimi pesawat atau apapun untuk
menjadi tentara bayaran. Mereka semua sudah terlatih. Qadhafi mempunyai stok
senjata yang banyak yang biasa untuk mensuplai para pemberontak. Sekarang ini
perang terjadi antara gerakan revolusi (pasukan regular) melawan lima brigade
plus tentara bayaran yang berasal dari daerah-daerah pemberontakan di seluruh
dunia ini.
Walaupun
begitu, di sisi lain, alhamdulillah NATO masuk. Kepentingannya hanya
mengamankan infrastruktur minyak yang memang kebanyakan milik Negara-negara
Barat termasuk di daerah Bulan Sabit. Kalau dilihat peta terutama bagian pantai
Libya itu ada ceruk yang seperti bulan sabit yang merupakan daerah minyak.
Infra struktur minyak itulah yang diamankan oleh Negara-negara Barat karena
milik perusahaan-perusahaan barat. Jadi walaupun dalihnya kemanusiaan karena
banyak yang terbunuh di Libya, tetapi esensinya sebenarnya menjaga
infrastruktur industri minyak Libya yang memang banyak milik mereka. Kedatangan
NATO cukup membantu dalam menghancurkan kekuatan-kekuatan Qadhafi yang sekarang
ini sudah lebih terisolir di wilayah barat, yaitu di daerah Tripoli dan kota
kecil di sekitarnya, terutama di wilayah Babul ‘Aziziyah. Tapi sekarang Babul
‘Aziziyah pun sudah sering dibombardir walaupun secara selektif mengingat di
sana masih ada penduduk dilarang keluar untuk dijadikan tameng manusia.
Saat ini
para revolusioner sudah membentuk pemerintahan dewan transisi nasional,
dipimpin oleh Menteri Kehakiman yang membelot Muhamad Alaky. Menteri-menteri
Qadhafi sudah banyak yang membelot, diantaranya Menteri Perminyakan.
16-20
Februari 2011
Pada tanggal 16 Februari 2011,
bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan pasukan keamanan dimulai di
Benghazi, Libya yang merupakan kota terbesar keduanya. Seiring kekerasan
menyebar ke kota-kota lain, pasukan oposisi mengambil alih kontrol bagian timur
Libya, termasuk Benghazi.
Sebuah kelompok hak asasi manusia
mengatakan 10 orang tewas di al-Baida dan pasukan keamanan telah mengepung
kota. Saksi melaporkan bahwa sebuah helikopter menembaki kerumunan orang di
Benghazi dan tentara bentrok dengan pengunjuk rasa di pawai pemakaman.
Para pengunjuk rasa menggunakan
mobil yang dipenuhi dengan bahan peledak dan sebuah tank dalam upaya untuk
masuk ke sebuah markas militer di dekat Benghazi.
21-23
Februari 2011
Quryna, sebuah surat kabar
pro-pemerintah, melaporkan bahwa tentara bayaran Afrika melepaskan tembakan ke
arah warga sipil di Tajouraa.
Saksi di Tripoli mengatakan kepada
CNN bahwa pesawat tempur dan helikopter sedang melakukan serangan udara di
sekitar ibukota. Pemerintah Libya membantah bahwa pesawat itu digunakan untuk
melawan pengunjuk rasa, melainkan menargetkan depot senjata di daerah
terpencil.
Di Tobruk, kantor polisi dan
bangunan lainnya telah dirampok oleh para separatis. Seorang pemimpin setempat
mengatakan para anggota separatis tersebut mengancam untuk memotong ekspor
minyak dari Libya timur.
24-25 Februari
2011
Pertempuran besar antara pasukan pendukung pemimpin Libya Moammar Gadhafi
dan demonstran anti-pemerintah menyebar ke Zawiya, Tajura, Misrata dan
berlanjut ke Tripoli.
Pasukan oposisi mengambil kendali Misrata pada tanggal 24 Februari 2011,
demikian menurut saksi dan laporan media.
Dokter di sebuah rumah sakit di Zawiya mengatakan 17 orang-orang tewas dan
150 luka-luka dalam pertempuran di sana. Setelah sebelumnya surat kabar
pro-pemerintah melaporkan bahwa tentara bayaran menembak pada warga sipil tidak
bersenjata di Tajura, dekat Tripoli.
Di dalam ibukota, saksi mata mengatakan artileri dan penembak jitu
digunakan dan pasukan keamanan menembakkan senjata dan gas air mata untuk
membubarkan orang banyak.
26-28 Februari
2011
Setelah mengambil alih Zawiya, pasukan anti pemerintah dipukul mundur oleh
pasukan Gadhafi, menurut seorang pemimpin oposisi. Seorang pejabat di rezim
Gadhafi membantah bahwa pasukan pemerintah menyerang kota.
Sebuah jet militer membom sebuah pangkalan militer dekat Ajdabiya, sebuah
kubu oposisi, menurut laporan, seorang saksi mengatakan bahwa pasukan oposisi
menghalangi serangan terhadap sebuah stasiun radio ke Misrata.
Anti-pasukan pemerintah mengambil alih kota Nalut, dekat perbatasan
Tunisia, namun Pasukan Libya yang setia kepada Gadhafi kembali mengambil alih
dalam hitungan hari.
1-3
Maret 2011
Pihak militer Libya meningkatkan upaya untuk merebut kembali daerah yang
direbut oleh pemberontak. Pesawat tempur Libya menjatuhkan bom di dekat alBrega
Ajdabiya dalam dua hari berturut-turut. Al-Brega memiliki tambang minyak yang
penting dan tambang gas alam.
Tindak kekerasan yang terlukiskan menghantam Zawiya, demikian menurut
seorang saksi yang mengatakan pasukan pro-pemerintah menyerang demonstran
dengan mortir dan senapan mesin. Pejuang pro-Gadhafi juga berperang dengan
pasukan oposisi di Ras Lanuf dan Misrata.
Pasukan anti pemerintah sukses dalam menjaga Zawiya dan Misrata, dan juga
mengambil alih Ras Lanuf, sebuah kota minyak yang strategis.
Serangan
udara juga menghantam sebuah depot senjata di Benghazi serta jalan utama yang
menuju Ras Lanuf.
Televisi pemerintah mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah memperoleh
kendali atas Tobruk, namun saksi mata mengatakan bahwa tempat tersebut masih di
bawah kendali pasukan oposisi. Pasukan Gadhafi tampak hanya memperoleh kendali
atas kota Bin Jawad.
8-9
Maret 2011
Pasukan pemberontak menembakkan senapan anti serangan udara ketika pasukan
udara Libya menyerang Ras Lanuf. Sebuah tanker penyimpanan minyak terkena
tembakan dalam pertempuran ini, menandakan pertama kalinya infrastruktur minyak
di negeri ini rusak oleh pertempuran.
Pasukan yang setia pada Gadhafi mengatakan bahwa mereka telah mengambil
alih kembali kekuasaan di Zawiya, tapi pertempuran di sana masih terus
berlangsung, demikian dilaporkan oleh para saksi mata dan juga dapat disaksikan
melalui siaran video. Di dekat Zuwarah, saksi mata mengatakan bahwa situasi
tegang, dengan adanya pendukung Gadhafi yang mengelilingi kota, tapi banyak kegiatan
usaha yang tetap berjalan seperti biasa.
Kota-kota lain yang juga telah dikendalikan oleh pasukan oposisi, termasuk
Nalut, Ajdabiya, dan Misrata, juga dilaporkan dalam keadaan tenang.
10-12 Maret
2011
Setelah bertempur selama seminggu, pasukan pemerintah mengambil alih
kendali Zawiya dari tangan pasukan oposisi. Seorang reporter ITV mengatakan
bahwa dokter-dokter menginformasikan sangat banyak warga sipil yang terluka
maupun terbunuh dalam serangan ini. Pasukan pemerintah terus membombardir Ras
Lanuf dengan roket, senjata artileri, dan tank. Keadaan pada waktu itu
sangatlah kacau.
13-15 Maret 2011
Pasukan pro-Gadhafi mengambil kontrol al-Brega. Pemimpin oposisi
mengkonfirmasikan hal ini namun mengatakan bahwa ini adalah sebuah rencana
taktis. Beberapa waktu kemudian, masih tidak jelas siapa yang telah
mengendalikan al-Brega.
Pasukan pemerintah melanjutkan penyerangan ke arah timur dan berhasil menyerang serta
mengendalikan Ajdabiya dari tangan pasukan pemberontak.
Di Libya
bagian barat, pasukan pro-Gadhafi yang memiliki tank dan persenjataan artileri
berat bertempur dengan pasukan pemberontak di Zuwara selama berjam-jam sebelum
berhasil mengambil alih kota tersebut.
18 Maret
2011
UN Security Council menyetujui adanya zona larangan terbang bagi Libya, dan
juga mengizinkan penggunaan senjata untuk melindungi warga sipil. Pemerintah
Libya menanggapi keputusan ini dengan mengadakan gencatan senjata darurat
dengan pihak pemberontak.
D.
YAMAN
Revolusi
Tunisia merembet ke Yaman sejak empat bulan yang lalu. Penggerak utama
perubahan di Yaman berpusat pada Kabilah Hasyid. Kabilah ini dahulu dipimpin
oleh keluarga Abdullah Al-Ahmar dan termasuk salah satu kabilah besar di Yaman.
Sekarang kabilah ini dipimpin oleh anaknya yang bernama Shodiq al-Ahmar.
Kabilah Hasyid ini bersenjata. Setelah rumah Shadiq al-Ahmar dirudal oleh Ali
Abdullah Shaleh, kabilah ini melakukan perlawanan bersenjata.
Dalam
koran-koran di Indonesia, ditulis berita bahwa istana dirudal oleh pihak
Hasyid. Padahal peristiwa sebenarnya tidak seperti itu. Karena sudah terjadi
pertempuran sengit, maka loyalitas masyarakatnya kembali kepada kabilah.
Rupanya di dalam pasukan pengawal istana ada unsur Hasyid yang kemudian
meledakkan salah satu bangunan di komplek istana. Jadi ledakan bukan dari
tembakan rudal, melainkan diledakkan dari dalam. Ali Abdullah Shaleh menuduh
Hasyid sebagai pelakunya.
Dalam
ledakan tersebut delapan pejabat teras; presiden, perdana menteri, ketua DPR,
ketua Majelis Syuro dan pejabat-pejabat tinggi terluka berat. Termasuk di
dalamnya Ali Abdullah Shaleh, badannya 40% luka bakar, luka terkena pecahan bom
yang menusuk rusuk sebelah kiri menembus antara jantung dan paru-paru sampai
mengenai paru-paru sebelah kiri. Karena luka itu paru-paru kirinya mati dan
tidak berfungsi. Ia lari ke Arab Saudi, bahkan di jemput oleh pesawat Saudi.
Sekarang dirawat di rumah sakit militer Riyadh. Walaupun di media sementara
mengatakan beberapa hari lagi sembuh, sebetulnya belum tentu sembuh dalam
setahun. Kemungkinan Ali Abdullah Shaleh untuk kembali ke Yaman sangat kecil
saat ini. Karena itu Amerika mengatakan akan mendorong adanya peralihan
kekuasaan secara damai dengan segera.
Selama 33
tahun berkuasa, Ali Abdullah Shaleh tidak melaksanakan tugas konstitusi untuk
mengangkat wakil presiden. Baru di akhir-akhir, setelah dituduh diktator karena
tidak mau ada wakil, ia mengangkat wakilnya. Dipilih orang yang lemah yaitu
Abdul Rabb Al-Mansyur, merupakan pilihannya terakhir sesudah didemo. Wakil
presiden ini ditunjuk untuk menggantikan sementara kekuasaan di Yaman, tapi
ditolak oleh demonstran. Demonstran meminta supaya segera bentuk majelis
transisi (Majelis Intiqoly).
E.
SYIRIA
Revolusi di
Syiria sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir. Pencetus demonstrasi di
Syiria dimulai dari komunikasi seorang guru perempuan sebuah SMP yang
berteleponan dengan teman-temannya di Mesir. Kata temannya di Mesir,
“Alhamdulillah Husni Mubarak sudah turun”. Guru perempuan itu
menjawab,”Mudah-mudahan di sini juga begitu”. Rupanya telponnya itu disadap. Si
ibu guru ini ditangkap dan digunduli rambutnya. Kebetulan di provinsi daerah
itu panglima keamanannya juga saudara sepupu dari Basyar Asad.
Ibu guru ini berasal dari keluarga yang cukup dikenal
dan kabilahnya besar. Kabilahnya langsung protes. Uniknya, yang mula-mula
protes dalam bentuk demonstrasi justeru murid-muridnya di SMP. Demonstrasi
dengan mencorat-coret dinding kota dengan kalimat-kalimat slogan revolusi yaitu
“Asy-Sya’bu yuriid isqaathun nizham – الشعب يريد إسقاط النظام “ (rakyat ingin
menjatuhkan rezim ini). Anak-anak SMP itu ditangkap, disiksa, dipenjara sampai
ada yang meninggal namanya Hamzah al Khathib yang masih berusia 13 tahun.
Inilah yang kemudian meledakkan protes besar-besaran. Para orang tua
ramai-ramai mendatangi markas keamanan untuk meminta anak-anaknya dibebaskan.
Tapi malah ditantang petugas keamanan dengan mengatakan: “Hari ini
saya menangkap anak-anak kalian, nanti besok istri-istri kalian saya tangkapi”.
Rupanya kepongahan ini membuat ledakan jadi lebih besar lagi.
Perlu
diketahui dari segi komposisi kependudukan, kalau di Tunisia sunni-maliki, di
Mesir sunni campur antara maliki dan syafii, Yaman mayoritas Sunni – Syafi’i,
di Syiria yang penduduknya 22 juta, mayoritas sunni-hanafi dan banyak ulamanya,
tetapi kekuasaan dipegang oleh ekstrimis syi’ah yang disebut Ghulaathu Syi’ah
Nusyairiyah. Jumlah mereka 8% atau sekitar 2 juta. Akan tetapi satu-satunya
partai berkuasa, yaitu Partai Ba’ats diisi oleh Nusyairiyah. Mereka menguasai
partainya, menguasai militer, menguasai intelejen dan menguasai pemerintahan
secara umum. Jadi pemerintahannya bersifat sektarian, thaaifiyah. Dengan
kebangkitan revolusi ini, sudah barang tentu mereka mengkalkulasi ulang
kekuatan. Jika revolusi ini berhasil, bukan saja jatuhnya Basyar Asyad atau
pemerintahan Syiria, tapi juga jatuhnya Thaifah Nusyairiyah. Maka mereka
menghadapi demonstran dengan logika Hamaa dan Haaliiq pada tahun 1982. Sekarang
terjadi pembantaian setiap hari di sana dan sekitar 50 hingga 100 tewas setiap
hari.
Di militer,
prajuritnya kebanyakan sunni. Beberapa di antara sunni sudah bisa mencapai
pangkat setinggi kolonel. Sesudah prajurit sunni mengumumkan bergabung dengan
revolusi dan demonstran, mereka dikepung dan banyak yang dibunuh. Bahkan setiap
tentara yang menolak diperintah untuk menembak rakyat tidak berdosa, ditembak
mati. Baru beberapa yang lalu di perbatasan Turki, daerah Syuhur, 120 orang
tentara yang membelot dibunuh oleh temannya sendiri karena tidak mau menembaki
demonstran yang lari masuk ke perbatasan Turki.
Pemerintahan
Turki membuka diri tidak menutup perbatasan. Pengungsi masuk bebas dan
ditampung di sana melalui perbatasan Syuhur. Tampaknya Syiria akan menelan
korban banyak seperti di Libya. Bahkan mungkin akan memperlakukan demonstran
seperti Libya. Hanya saja di Libya kaum perlawanan memiliki senjata, sedangkan
di Syiria tidak punya senjata. Kita tidak tahu apakah Barat atau NATO akan
dapat mandat dari Dewan Keamanan PBB atau tidak. Saat ini masalah Syiria sudah
mulai dibahas di Dewan Keamanan atas pengajuan Perancis dan Inggris. Belum
diketahui apakah akan diperlakukan seperti Libya atau tidak.
Inilah
perkembangan di Syiria yang kondisinya sangat sulit, kecuali kalau terjadi
intervensi seperti di Libya. Tapi alasan riil untuk intervensi seperti di Libya
seperti adanya infrastruktur perusahaan minyak, di Syiria tidak ada. Syiria
adalah negara yang tidak punya minyak. Jadi sampai sekarang pun sulit
diperkirakan apa benar Barat mau masuk karena tidak ada kepentingan bagi
mereka. Bagi kelompok Nusyairiyah kondisi Syiria saat ini dianggap penentuan
hidup atau mati. Pokoknya logika bahasa jawanya “TIJI TIBEH” mati siji mati
kabeh. Mereka main tembak saja, tidak melihat perempuan, laki, tua, muda,
anak-anak semua disikat saja.
A.
IRAK
Peta
kependudukan Irak mayoritas sunni. Namun sunninya terpecah antara dua kubu,
yaitu kubu Arab dan kubu Kurdi. Kalau sunni Kurdi dan Arab bersatu maka akan
jadi mayoritas sekitar 60% lebih. Cuma Sunni Kurdi dan Sunni Arab terpisah sendiri-sendiri,
sementara Syi’ah bersatu. Ini yang membuat posisi sunni lemah.
Syi’ah
bersatu ditambah backup dari Iran. Kalangan Syi’ah itu sangat mengobarkan
semangat thaaifiyah, semangat sektarian. Kemudian juga mengangkat kebanggaan
kejayaan Parsi. Karena Irak memang, sebelum perang Qadisiyah dan futuh
Qadisiyah berada di bawah kepemimpinan Parsi. Mereka berusaha pasca penjajahan
Amerika terjadi dominasi kekuasaan Syi’ah. Nur Maliki juga merupakan bagian
dominasi dari kekuasaan Syi’ah.
B.
IRAN
Pemerintah Iran
sebagaimana diberitakan sibuk mengurusi masalah isu nuklir, lalu isu Hizbullah.
Sementara Nusyairiyah di Syiria juga membutuhkan bantuan mereka. Selain itu ada
isu reformasi dari sebagian kalangan sekuler Iran. Sehingga dengan itu sunni
dapat bergerak lebih baik dan menyebar. Terutama di daerah Balukistan. Sebuah
daerah Iran perbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan yang mayoritas sunni.
Sebetulnya
jumlah penduduk sunni di Iran itu 1/3 dari penduduk Iran. Dan 2/3 dari mereka
ada di Balukistan. Sekarang masalah wilayatul faqih, masih tetap merupakan
sandungan bagi sunni. Karena walaupun daerah itu penduduknya sunni, tetap saja
orang Syi’ah menaruh tokoh agamanya sebagai wilayatul faqih. Sekarang lagi
diprotes agar di wilayah sunni tidak ada wilayatul faqih.
Secara umum
prospek popularitas Iran ke depan akan tertekan dengan negara-negara sunni
semakin tampil di percaturan dunia, termasuk Indonesia, Turki yang mulai lebih
tampil dan sekarang Negara Timur Tengah yang basis sunni juga mulai tampil.
Iran sebagai negara syi’iy kembali proporsional sebagai minoritas setelah
sebelumnya seolah-olah syi’ah-lah yang mayoritas di dunia, karena negara-negara
basis sunni tidak pada tampil.
Bab III : Pembahasan
Reformasi Timur Tengah
Disebut demikian, karena ada
yang lebih suka menggunakan kata ”reformasi” untuk menyebut apa yang terjadi di
Timur Tengah saat ini—Arab secara gamblang memberikan gambaran kepada kita
bahwa rezim otoritarian, otokratik tidak memiliki tempat lagi.
Gelombang revolusi yang
menjungkalkan para penguasa itu juga menjelaskan—dalam bahasa Samer Frangie,
seorang profesor politik di American University of Beirut, dalam tulisannya
yang diterbitkan oleh openDemocracy—tentang keterbatasan ”revolusi dari atas”
dan menegaskan perlunya reformasi lebih dalam, lebih mendasar terhadap
ideologi, kultur, dan masyarakat Arab.
Revolusi dari atas cenderung
melahirkan pemimpin yang dalam perkembangannya korup, otoriter, otokratik.
Karena itu, dibutuhkan reformasi total.
Zine al-Abidine Ben Ali, yang
berkuasa lewat kudeta konstitusional tahun 1987, telah mengembangkan
pemerintahan yang korup, tangan besi, otokratik, dan membiarkan orang- orang
serta keluarganya menjarah kekayaan negara. Ia akhirnya disingkirkan revolusi
kekuatan rakyat dukungan militer.
Apa yang terjadi di Mesir
bukanlah ungkapan ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan luar negeri Hosni
Mubarak. Misalnya kebijakannya terhadap Israel dan jika ditarik lebih jauh
bukan pula ketidakpuasan terhadap perjanjian perdamaian 1979.
Akan tetapi, yang diinginkan
kaum muda yang merupakan motor revolusi di Mesir adalah masalah mendasar, yakni
hak- hak politik, kebebasan, pemilu, penegakan hak-hak asasi manusia, dan
keluar dari represi.
Pemimpin yang bersikukuh dengan sikapnya, tidak mau mendengarkan suara rakyat, yang mementingkan diri, dan menggenggam erat kekuasaan pada akhirnya harus menerima kenyataan: tersingkir.
Pemimpin yang bersikukuh dengan sikapnya, tidak mau mendengarkan suara rakyat, yang mementingkan diri, dan menggenggam erat kekuasaan pada akhirnya harus menerima kenyataan: tersingkir.
Hal yang sama kini juga tengah
dialami pemimpin Yaman, Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sudah berkuasa sejak
33 tahun silam. Ia juga mengembangkan pemerintahan otokratik, korup, dan
menganut paham nepotisme.
Menurut indeks korupsi
Transparency International, Yaman menempati posisi ke-146 dari 178 terkorup di
dunia. Ia memberikan posisi kunci, baik pemerintahan maupun militer, kepada
anggota keluarganya. Karena itu, tuntutan kaum muda Yaman juga perubahan
politik. Saleh mundur.
Cerita yang hampir serupa juga
terjadi di Libya dengan Moammar Khadafy-nya. Yang membedakan adalah cara
Khadafy menghadapi tuntutan rakyatnya, yakni dengan tindak kekerasan, bahkan
menggunakan tentara bayaran. Begitu banyak rakyatnya yang mati. Ini yang
kemudian mengundang Dewan Keamanan PBB bertindak menjatuhkan sanksi.
Khadafy bukan Ben Ali, juga
bukan Mubarak, yang memilih turun takhta. Khadafy dengan Libya-nya memang beda
dengan Mesir dan Tunisia serta Yaman. Libya dengan sumber minyak dan gas,
anti-Barat, negara secara ideologi fundamentalis, serta ekonominya independen
berani dengan leluasa menjawab tuntutan rakyatnya akan kebebasan dengan keras
dan tegas.
Namun, sampai kapan semua itu
akan bertahan? Mengutip puisi Tunisia, ”Apabila suatu hari rakyat menginginkan
kehidupan, takdir tentu akan menjawabnya, malam akan berganti terang, dan
rantai-rantai akan putus”.
Bab IV : Penutup
A.
KESIMPULAN
Pergolakan
di Timur tengah telah membuka mata kita bahwa ikatan-ikatan yang dibangun oleh
penguasa Tiran terhadap rakyatnya kini mulai terputus. Hilang sudah kepercayaan
rakyat bahwa para penguasa mampu mengurusi urusan mereka.
Pergolakan
yang berawal dari Tunisia ini merupakan akumulasi penderitaan rakyat yang
berpuluh-puluh tahun hidup dalam sistem Kapitalisme. Hal ini sebagaimana
komentar Mohamed A El-Erian, pemimpin utama Pimco, perusahaan investasi global,
putra seorang diplomat Mesir dan masih memegang paspor Mesir, yang mengatakan, kesenjangan
antara si kaya dan si miskin relatif tinggi. Ini menjadi keprihatinan lama
warga Mesir.
Aksi-aksi
besar di Tunisia dalam waktu singkat memicu gelombang aksi serupa di Mesir,
Yaman, Aljazair, dan Jordania. Di Mesir, rakyat telah muak dengan kemiskinan,
pengangguran, kenaikan harga barang dan biaya hidup, korupsi, serta ketimpangan
gaya hidup.
Seorang
demonstran menggambarkan habisnya toleransi mereka atas segala represi dan
kekejaman penguasa. Mubarak dikenal sebagai pemimpin yang reaktif terhadap
kritik. Ia dengan mudah menangkapi para pengkritik. Hal itu diperburuk
ketimpangan pendapatan selama 30 tahun pemerintahan Mubarak.
B.
SARAN
Perlu dicatat,
Amerika dan Barat akan selalu bersikap pragmatis. Seperti persaingan yang
terjadi diantara mereka. Seperti AS dan Inggris atau Prancis. Alasan atas nama
kepentingan inilah yang membuat Soeharto di Indonesia, atau Marcos di Philipina
tumbang. Amerika akan mengganti Mubarak dengan rezim baru yang tampak
demokratis tapi masih dibawah kontrol Amerika. Begitupula yang sebentar lagi
akan terjadi pada Libya. Termasuk mungkin wilayah yang jauh dari Timur Tengah,
Indonesia. Dengan kata lain, sudah saatnya boneka senior AS diganti boneka
junior AS. Sudah saatnya, boneka senior menjadi tumbal revolusi rakyat.
Oleh karena
itu, sangat disayangkan jika perubahan yang terjadi di negara-negara Timur
Tengah yang sedang mengalami krisis politik ini hanya berakhir pada pergantian
rezim saja. Apalagi jika tetap berada dalam kontrol langsung dari AS dan Barat.
Persoalan
Timur Tengah dan negeri muslim lainnya disebabkan karena rezim yang mudah
diintervensi asing. Yaitu AS dan Barat. Akhirnya, semua pengorbanan nyawa
rakyat Timur Tengah harus dibayar dengan tetap langgengnya ideologi rezim.
Kapitalisme.
Yang jelas-jelas telah mengakar kuat menjadi sistem yang wajib diadopsi di
Negara tersebut. Yang jelas membuat manusia mengalami penderitaan yang tak
kunjung berakhir. Hasilnya, revolusi ini hanyalah memakan korban nyawa demi
reformasi atau perubahan yang tidak hakiki, tidak berkah dan mendasar. Demi
kepentingan kelompok pragmatis dan kepentingan Amerika Serikat dan Barat
tentunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://septian99.wordpress.com/2011/02/02/reformasi-negara-negara-timur-tengah
(diunduh, Jumat/ 17 Januari 2014)
http://www.porink.com/bloggy/2011/03/18/kronologi-perang-libya-sejak-16-februari-2011-hingga-18-maret-2011/#axzz2qdwCzINy
(diunduh, Jumat/ 17 Januari 2014)
http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/bagaimana-reformasi-mesir-dimulai.htm#.Utjx3VOXNGr
(diunduh,
Jumat/ 17 Januari 2014)
http://beritapks.com/dinamika-terkini-kawasan-timur-tengah-pasca-reformasi-2011
(diunduh, Selasa/ 21 Januari 2014)
http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/revolusi-timur-tengah.html
(diunduh, Selasa/ 21 Januari 2014)
http://mediaislamnet.com/2011/02/masa-depan-timur-tengah/
(diunduh, Selasa/ 21 Januari 2014)
http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/zuhandri-korda-bkldk-palembang-revolusi-semu-timur-tengah.htm#.Ut5p8FMxXcc
(diunduh, 21 Januari 2014)
No comments:
Post a Comment