BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dengan
semakin berkembangnya teknologi informasi saat ini, dimana segala kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari akan berbasis komputer. Maka dalam suatu instansi
Komputer merupakan bahan kebutuhan dalam menciptakan dan memperoleh serta
memproses suatu sistem informasi yang setiap saat selalu berkembang. Oleh
karena itu setiap orang harus mampu berupaya mengikuti arus informasi yang
berkembang di dunia teknologi ini.
Pada
instansi perusahaan manapun saat ini pastilah menggunakan Sistem Informasi
Manajemen yaitu sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated),
untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan. Sistem informasi memberikan peran yang sangat penting
dalam dunia bisnis sehingga seringkali orang menggunakan keunggulan sistem
informasi yang ia gunakan sebagai kunci strategi bisnis.
Informasi dapat diibaratkan sebagai darah
yang mengalir di dalam tubuh manusia, seperti halnya informasi di dalam sebuah
perusahaan yang sangat penting untuk mendukung kelangsungan perkembangannya,
sehingga terdapat alasan bahwa informasi sangat dibutuhkan bagi sebuah
perusahaan. Akibat bila kurang mendapatkan informasi, dalam waktu tertentu
perusahaan akan mengalami ketidakmampuan mengontrol sumber daya, sehingga dalam
mengambil keputusan-keputusan strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya
akan mengalami kekalahan dalam bersaing dengan lingkungan pesaingnya. Disamping
itu, sistem informasi yang dimiliki seringkali tidak dapat bekerja dengan baik.
Masalah utamanya adalah bahwa sistem informasi tersebut terlalu banyak
informasi yang tidak bermanfaat atau berarti (sistem terlalu banyak data).
Memahami konsep dasar informasi adalah sangat penting (vital) dalam mendesain
sebuah sistem informasi yang efektif (effective business system). Menyiapkan
langkah atau metode dalam menyediakan informasi yang berkualitas adalah tujuan
dalam mendesain sistem baru.
Sebuah perusahaan mengadakan
transaksi-transaksi yang harus diolah agar bisa menjalankan kegiatannya
sehari-hari. Daftar gaji harus disiapkan, penjualan dan pembayaran atas
perkiraan harus dibutuhkan, semua ini dan hal-hal lainnya adalah kegiatan
pengolahan data dan harus dianggap bersifat pekerjaan juru tulis yang mengikuti
suatu prosedur standar tertentu. Komputer bermanfaat untuk tugas-tugas
pengolahan data semacam ini, tetapi sebuah sistem informasi menajemen
melaksanakan pula tugas-tugas lain dan lebih dari sekedar sistem pengolahan
data. Adalah sistem pengolahan informasi yang menerapkan kemampuan komputer
untuk menyajikan informasi bagi manajemen dan bagi pengambilan keputusan.
1.2.
Rumusan
Masalah
1.2.1. Bagaimana
Sejarah pendirian PT. Unilever Indonesia Tbk?
1.2.2. Bagaimana
perluasan PT. Unilever Indonesia Tbk?
1.2.3. Apa
prinsip bisnis PT. Unilever Indonesia Tbk?
1.2.4. Bagaimana
strategi teknologi informasi PT. Unilever Indonesia Tbk?
1.2.5. Bagaimana
prinsip kerja IMC?
1.3.
Manfaat
dan Tujuan
1.3.1. Mengetahui
sejarah pendirian PT. Unilever Indonesia Tbk.
1.3.2. Mengetahui
perluasan PT. Unilever Indonesia Tbk.
1.3.3. Mengetahui
dan mempelajari prinsip bisnis PT. Unilever Indonesia Tbk.
1.3.4. Mengetahui
dan mempelajari strategi teknologi informasi PT. Unilever Indonesia Tbk.
1.3.5. Mengetahui
dan memahami prinsip kerja IMC.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Pendirian PT. Unilever Indonesia Tbk
PT. Unilever Indonesia
Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V.
Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris
di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie
dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van
Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan
diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan
akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22
Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta
no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni
1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Akta ini
disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98
tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620
tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan
mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada
Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham
menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100
per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris
dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H.
tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan
bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan
produk-produk kosmetik.
Sebagaimana
disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang
dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih
Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai
distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini
disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri
Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
2.2. Perluasan
Unilever Indonesia
Pada tanggal 22
November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT. Anugrah Indah
Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT. Anugrah Lever (PT. AL) yang
bergerak di bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus
cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan
merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT. AL.
Pada
tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources
Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT. Technopia Lever yang
bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan menggunakan
merk dagang Domestos Nomos.
Pada
tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual
beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut
Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT. Technopia Lever
kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam
Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan
menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham
PT. Knorr Indonesia (PT. KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak
terkait). Akuisisi ini berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual
beli saham antara perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada
tanggal 21 Januari 2004.
Pada
tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan PT. KI. Penggabungan tersebut
dilakukan dengan menggunakan metoda yang sama dengan metoda pengelompokan saham
(pooling of interest). Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima
penggabungan dan setelah penggabungan tersebut PT. KI tidak lagi menjadi badan
hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No. 740/III/PMA/2004
tertanggal 9 Juli 2004.
Pada
tahun 2007, PT. Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah menandatangani
perjanjian bersyarat dengan PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari buah
melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke Unilever.
Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever dan Ultra telah menyelesaikan transaksi
pada bulan Januari 2008.
Kronologi
1920-30 Import oleh van den Bergh, Jurgen and
Brothers
1933 Pabrik sabun – Zeepfabrieken NV
Lever – Angke, Jakarta
1936 Produksi margarin dan minyak
oleh Pabrik van den Bergh NV – Angke, Jakarta
1941 Pabrik komestik – Colibri NV,
Surabaya
1942-46 Kendali oleh unilever dihentikan
(Perang Dunia II)
1965-66 Di bawah kendali pemerintah
1967 Kendali usaha kembali ke
Unilever berdasarkan undang-undang penanaman modal asing
1981 Go public dan terdaftar di Bursa
Efek Jakarta
1982 Pembangunan pabrik Ellida Gibbs
di Rungkut, Surabaya
1988 Pemindahan Pabrik Sabun Mandi
dari Colibri ke Pabrik Rungkut, Surabaya
1990 Terjun di bisnis teh
1992 Membuka pabrik es krim
1995 Pembangunan pabrik deterjen dan
makanan di Cikarang, Bekasi
1996-98 Penggabungan instalasi produksi –
Cikarang, Rungkut
1999 Deterjen Cair NSD – Cikarang
2000 Terjun ke bisnis kecap
2001 Membuka pabrik teh – Cikarang
2002 Membuka pusat distribusi sentral
Jakarta
2003 Terjun ke bisnis obat nyamuk
bakar
2004 Terjun ke bisnis makanan ringan
2005 Membuka pabrik sampo cair –
Cikarang
2008 Terjun ke bisnis minuman sari
buah
2.3. Prinsip Bisnis Unilever
Prinsip
Bisnis Unilever merupakan standar perilaku bagi seluruh karyawan Unilever di
seluruh dunia. PT. Unilever Indonesia Tbk juga berkomitmen untuk secara terus
menerus memperbaiki cara bekerjanya untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam
mengembangkan usaha yang berwawasan lingkungan.
Komitmen di dalam prinsip
bisnis ini menjadi acuan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kemitraan dengan para
pengambil keputusan, menangani tantangan sosial dan lingkungan dan memberikan
sumbangsih pada pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2.4. Strategi Teknologi Informasi
Banyak
strategi yang digunakan perusahaan khususnya dibidang teknologi informasi untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan. PT. Unilever Indonesia Tbk menjalankan
Komunikasi pasar terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC). Strategi ini
merupakan upaya perusahaan untuk memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran
komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan berpengaruh
kuat tentang organisasi-organisasi produknya.
2.5. Prinsip Kerja IMC
IMC
(menurut buku Advertising Management; chapter 3) adalah sebuah konsep dari
perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai tambah dari rencana
komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin
komunikasi—misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion, dan
PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan,
konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.
Secara
sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan customer
relationships yang menggerakkan brand value”. Sedangkan secara spesifik, IMC
dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang dalam
menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan customer dan
stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara strategis semua
pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan dialog dengan maksud
tertentu kepada mereka”.
Integrated Marketing
Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina
hubungan dengan customer. Apa yang membedakan IMC dengan proses
customer-centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi,
yang merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang
sirkuler.
Seperti
yang sudah disebutkan diatas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi. Dengan
komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan meminimalkan
pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan menyokong brand
relationship. Untuk membangun hubungan jangka panjang, IMC juga digunakan untuk
membangun dan memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan
menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan
tersebut.
Ada
dua ide pokok mengenai IMC: (Sumber: buku Advertising Management)
1. Komunikasi
pemasaran yang bersifat one-voice.
Maksudnya adalah walaupun elemen
komunikasi pemasaran yang digunakan berbeda-beda dalam meraih konsumen namun
semua itu harus dapat dikoordinasi dengan cara yang tepat oleh berbagai
organisasi dan agensi yang bekerja pada elemen-elemen yang berbeda tersebut.
2. Komunikasi
yang berintegrasi
Komunikasi disini tidak hanya bertujuan
untuk meningkatkan brand awareness atau pencitraan produk yang baik saja, namun
juga harus dapat menimbulkan hasil penjualan yang baik.
2.5.1.
Konsep Dasar Pengembangan Berbagai
Program IMC
1. DIRECT
MARKETING
Disaat
perusahaan ingin berhubungan langsung dengan customer tanpa melalui retailer,
maka digunakanlah direct-response marketing, seperti: close-loop, interactive,
database-driven messaging system yang menggunakan banyak jenis media untuk
menciptakan respon behavioral.
Direct
marketing merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back
end operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup:
a. The
offer, yakni segala sesuatu yang nyata maupun tidak dijanjikan oleh perusahaan
guna mencapai perilaku customer yang diinginkan perusahaan.
(Misal: penawaran harga khusus, garansi,
dll).
b. The
database, yakni mendapatkan data customer-nya dan menggunakan data itu untuk penawaran
selanjutnya.
c. The
response, yakni memberikan respon yang baik terhadap customer.
(Misal: dengan membuat toll-free-line untuk
layanan customer).
d. Back
end, yakni berusaha mempertemukan harapan konsumen dengan produk.
e. Mencakup
fulfillment, yakni membuat produk atau informasi yang diminta oleh konsumen
cocok, efektif dan tepat waktu.
2. SALES
PROMOTION
Sales
promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang
untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai
tambah itu sendiri adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga
(seperti diskon 20 %, sale 50 % off, dsb.), produk ekstra (seperti “isi teh
kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums (misalnya beli rinso dapat
piring cantik).
Pada
konsepnya, Sales promotion digunakan untuk memotivasi customer agar melakukan
aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam
jangka waktu terbatas. Unilever sering menggunakan strategi ini dan telah
terbukti dapat meningkatkan omset penjualan.
3. PUBLIC
RELATIONS/MPR
PR
dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak
hanya bertugas men-track opini publik saja, tetapi juga bertugas me-manage
corporate brand dan menjaga reputasinya.
Lalu
MPR merupakan salah satu fungsi PR yang digunakan sebagai media tanpa bayar
untuk menyampaikan brand information guna mempengaruhi calon customer atau
customer secara positif.
MPR
sendiri lebih fokus kepada customer atau calon customer dan melengkapi strategi
marketing yang lain dengan 4 cara:
(1) meningkatkan kredibilitas brand message;
(2) menyampaikan message sesuai targetnya
berdasarkan aspek demografis, psikografis, etnik atau khalayak secara regional;
(3) mempengaruhi opinion leader atau
trendsetter yang berpengaruh;
(4) melibatkan customer dan stakeholder lainnya
pada event spesial.
4. PERSONAL
SELLING
Personal
Selling adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual menjelaskan fitur
dari suatu brand untuk kepentingan pembeli. Dalam Personal Selling, dilibatkan
komunikasi yang sifatnya tatap muka dan kegiatannya pada sekarang ini terfokus
pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai bagi customer (lebih dikenal
sebagai partnership). Dimensi dari partnership ini adalah seorang salesperson yang
harus memahami customernya dengan baik.
Personal
selling sendiri merupakan bagian dari direct marketing, namun perbedaan
dasarnya adalah dalam personal selling, perusahaan yang dijembatani salesperson
berinteraksi secara tatap muka dengan customer.
5. ADVERTISING
Advertising
merupakan “Suatu bentuk dari presentasi non-personal dan promosi dari suatu
ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor
(perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah
bersifat non-personal, komunikasi satu arah, ada sponsor (khalayak yang peduli),
dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku.
Biasanya
advertising itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari
unaware menjadi aware terhadap suatu brand. Biaya untuk advertising ini memang
cukup besar bagi suatu perusahaan tetapi Unilever sangat memperhatikan
advertising yang akan digunakan karena hal ini akan membantu perusahaan dalam
pembentukan brand image.
6. PUBLICITY
Publicity
sendiri merupakan salah satu jasa yang disediakan oleh Public Relations Firm
maupun Advertising Agency. Publicity timbul untuk membantu menangkap perhatian
publik dan membedakan tiap-tiap perusahaan tersebut dari perusahaan-perusahaan
lain yang menjadi saingannya. Publicity dalam MPR berarti memperoleh penyebutan
nama merek di media massa dalam cara-cara yang berbeda, waktu dan tempat
sesering mungkin sehingga menjadi top-of mind awareness. Walaupun PR menawarkan
kredibilitas yang lebih besar dalam membangun publicity, namun advertising
dapat menawarkan awareness dan kontrol yang lebih besar. Lalu untuk beberapa
alasan, maka sejumlah perusahaan menyampaikan pesan PR mereka lewat
advertising.
7. EVENTS/SPONSORSHIP
Event
marketing adalah situasi yang signifikan atau peristiwa promosional yang
mempunyai fokus utama untuk menangkap perhatian dan melibatkan customer dalam
event tersebut.
Perusahaan
dan organisasi-organisasi non-profit menggunakan events dengan beberapa alasan,
yaitu:
a. Untuk
melibatkan sasaran khalayak
b. Untuk
mengasosiasikan sebuah brand dengan aktivitas, gaya hidup atau orang-orang
tertentu
c. Untuk
meraih sasaran khalayak yang sulit dijangkau
d. Untuk
meningkatkan brand awareness dan untuk menyediakan platform yang baik bagi
brand publicity.
Sponsorship
adalah dukungan finansial kepada suatu organisasi, orang, atau aktivitas yang
dipertukarkan dengan publisitas merek dan suatu hubungan. Sponsorship dapat
membedakan sekaligus meningkatkan nilai suatu merek.
Beberapa
pedoman yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam memilih sponsorship:
(1) target
khalayak,
(2) penguatan
citra merek,
(3) dapat
diperpanjang,
(4) keterlibatan
merek,
(5) biaya
yang efektif dan sponsor lainnya.
Unilever
sering sekali menjadi sponsor pada sebuah acara karena perusahaan telah
memperhitungkan dengan matang keuntungan yang akan diperoleh. Dengan menjadi
sponsor pada salah satu acara maka unilever dapat menyampaikan pesan dari brand
yang akan dipromosikan dan meningkatkan brand awareness.
8. INTERACTIVE
MARKETING
Interactive
marketing disini lebih tertuju kepada bagaimana suatu perusahaan mampu atau
tidak berkomunikasi dengan customernya atau mampu memberikan solusi yang baik,
yang terkait dengan penggunaan produk. Dalam hal ini interactive marketing juga
terkait dengan customer relationship management.
Unilever
sebagai salah perusahaan yang menguasai beberapa pasar mampu mempertahankan posisinya
selama beberapa tahun karena perusahaan mampu memberikan image yang memuaskan
terhadap konsumen. Setiap tahunnya mulai muncul produk-produk baru yang
menawarkan berbagai macam kelebihan dan harga yang bersaing, tetapi dengan
strategi yang matang maka unilever menfokuskan strategi untuk meningkatkan
penjualan pada pembentukan brand image dan pemasaran yang baik.
Dari
definisi umum tersebut, dapat dilihat sejumlah manfaat IMC bagi organisasi atau
perusahaan, diantaranya:
a. Membentuk
identitas merek yang kuat di pasar dengan mengikat bersama dan memperkuat semua
citra dan pesan komunikasi perusahaan.
b. Mengkoordinasikan
semua pesan, positioning dan citra, serta identitas perusahaan melalui semua
bentuk komunikasi pemasaran
c. Adanya
hubungan yang lebih erat antara perusahaan (melalui produk/jasanya) dengan para
konsumennya.
d. Solusi
IMC menuntut untuk memahami pentingnya semua titik-titik kontak di mana
pelanggan mungkin medadak menjumpai perusahaan tertentu, produk dan mereknya.
e. IMC
harus bisa menghasilkan konsistensi komunikasi yang lebih baik dan dampak
penjualan yang lebih besar.
f. IMC
menempatkan tanggung jawab ditangan seseorang untuk menyatukan citra
perusahaan, karena citra perusahaan ini dibentuk oleh ribuan aktivitas
perusahaan.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
PT. Unilever Indonesia
Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V.
Lever. Tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia. Tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever
Indonesia Tbk.
Pada
tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan PT. Anugrah
Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT. Anugrah Lever (PT.
AL). Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan Texchem
Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT. Technopia Lever. Pada
tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual
beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd. Dalam Rapat Umum Luar Biasa
perusahaan pada tanggal 8 Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari
pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT. Knorr Indonesia (PT.
KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait).
PT.
Unilever Indonesia Tbk berkomitmen untuk secara terus menerus memperbaiki cara
bekerjanya untuk mencapai tujuan jangka panjang dalam mengembangkan usaha yang
berwawasan lingkungan.
PT.
Unilever Indonesia Tbk menjalankan Komunikasi pasar terpadu (Integrated Marketing
Communication/IMC). IMC (menurut buku Advertising Management; chapter 3) adalah
sebuah konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai
tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari
berbagai disiplin komunikasi—misalnya periklanan umum, respon langsung, sales
promotion, dan PR—dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan
kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Rijed Yasmin, Google (2015), Sistem Informasi
Manajemen PT. Unilever.
(Update terakhir 20 November 2012)
(Diakses 04 Oktober 2015)
Iamrul Rulchan, Google (2015), Peranan Sistem
Informasi Manajemen.
(Update
terakhir 19 Desember 2011) (Diakses 04 Oktober 2015)
Irdatama
Santia Anindita, Google (2015), Makalah Sistem Informasi.
(Update
terakhir 11 Mei 2014) (Diakses 04 Oktober 2015)