BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Analisis mengenai penentuan kegiatan ekonomi Negara,
belum tentu sesuai dengan realiti yang sebenarnya oleh karena kegiatan ekonomi
yang digambarkan belum sepenuhnya sesuai dengan keadaan dalam perekonomian.
Perekonomian dunia adalah perekonomian terbuka yaitu
mengekspor barang dan jasa dari luar negeri ,serta meminjam dan memberi
pinjaman pada pasar modal dunia. Memberi pengertian mengenai pentingnya
interaksi internasional dengan menunjukan persentase ekspor dan impor dalam GDP
untuk tujuh negara industri utama. Dua kegiatan pengeluaran yang penting dalam
setiap ekonomi, yaitu ekspor dan impor. Arus Modal dan Barang Internasional
Perbedaan makro ekonomi yang penting antara perekonomian terbuka dan perekonomian
tertutup adalah bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara
selama satu tahun tertentu tidak perlu sama dengan yang mereka hasilkan dari
memproduksi barang dan jasa.
Apabila kegiatan ekspor dan impor diperhitungkan
dalam penentuan keseimbangan pendapatan nasional, maka analisis mengenai
kegiatan ekonomi dalam suatu Negara telah sepenuhnya menggambarkan keadaan yang
sebenarnya wujud dalam realitas.
Analisis
penentuan pendapatan nasional dalam perekonomian seperti itu dinamakan sebagai
keseimbangan pendapatan nasional dalam ekonomi empat sector atau perekonomian
terbuka. Yaitu perekonomian yang menjalankan kegiatan ekspor dan impor. Maka
analisis mengenai penentuan keseimbangan tersebut boleh juga dinamakan sebagai
keseimbangan makro ekonomi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Pengertian
perekonomian terbuka
2.
Pengertian
perdagangan internasional
3.
Konsekuensi
perdagangan internasional terhadap pasar-pasar
a.
Permintaan
agregat (dipasar barang)
b.
Jumlah uang
beredar
c.
Harga
4.
Masalah
keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern
5.
Masalah
ketidakserasian
6.
Kebijakan dan
peristiwa memengaruhi perekonomian terbuka
7.
Instrumen-instrumen
Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter
C.
Tujuan
1.
Mengetahui dan
memahami perekonomian terbuka
2.
Mengetahui dan
memahami perdagangan internasional
3.
Mengetahui
konsekuensi perdagangan internasional terhadap pasar-pasar
4.
Mengetahui
Masalah keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern
5.
Mengetahui
masalah ketidakserasian
6.
Mengetahui
Kebijakan dan peristiwa memengaruhi perekonomian terbuka
7.
Mengetahui Instrumen-instrumen
Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Perekonomian terbuka
Perkonomian terbuka adalah suatu sistem ekonomi yang
di dalamnya terdapat kegiatan ekspor dan impor yang tentunya dilakukan antara
satu negara dengan negara lainnya. Dalam pengertian lain perekonomian terbuka
juga disebut sebagai perekonomian empat sektor yang memang mencakup empat
kriteria, yaitu rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.
2.
Perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang
dilakukan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Perdagangan
internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang
lingkup dan jumlah yang terbatas. Pemenuhan kebutuhan setempat yang tidak dapat
diproduksi sendiri, dilakukan dengan cara barter, yaitu pertukaran barang
dengan barang yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak. Lama kelamaan, atas dasar
kebutuhan yang saling menguntungkan, terjadilah proses pertukaran dalam skala
luas yang sering disebut perdagangan internasional.
3.
Konsekuensi perdagangan internasional
Ekonomi terbuka berarti bahwa ada pasar keempat
didalam proses perekonomian yaitu pasar luar negeri. Adanya pasar luar negeri
mempunyai konsekuensi yang lebih lanjut terhadap pasar-pasar lainnya. Khususnya
ada konsekuensi penting yang menyangkut penyesuaian pengertian tiga konsep,
yaitu :
a.
Permintaan agregat (dipasar barang)
Dalam perekonomian
terbuka, pengertian permintaan agregat (Z) tidak lagi terbatas pada permintaan
yang berasal dari luar negeri. Permintaan agregat digunakan untuk menentukan
posisi keseimbangan di pasar barang di dalam negeri. Untuk perekonomian
terbuka, juga mempunyai peranan yang sama. Oleh karena itu Z haruslah sekarang
diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang atau jasa yang diproduksikan
di dalam negeri. Ini berarti bahwa Z harus :
·
memasukkan
permintaan orang-orang luar negeri akan barang atau jasa yang kita produksikan;
·
mengeluarkan
darinya permintaan kita akan barang atau jasa buatan luar negeri karena ini
bukan permintaan akan barang atau jasa buatan dalam negeri. Jadi, bagi
perekonomian terbuka Z = C + I + G + X – M Dimana X = ekspor barang atau jasa
kita ke luar negeri M = impor barang atau jasa kita dari luar negeri.
b.
Jumlah uang
beredar
Adanya hubungan dengan luar negeri juga mempunyai
pengaruh terhadap pasar uang, baik terhadap sisi permintaan maupun pada sisi
penawarannya. Pada sisi permintaan akan uang , ada satu faktor tambahan yang
menentukannya, yaitu tingkat bunga di luar negeri, di samping faktor-faktor
yang telah ada di dalam perekonomian tertutup, yaitu tingkat bunga di dalam
negeri, tingkat GDP dan tigkat harga di dalam negeri. Perekonomian tertutup
Perekonomian terbuka Md = Ø (P, Q, r) Md = Ø ( P, Q, r, rF) Dimana r = tingkat
bunga di dalam negeri rF = tingkat bunga di luar negeri Jumlah uang (rupiah)
yang beredar tergantung pada dua faktor tambahan, yaitu posisi dari Neraca
Perdagangan dan besar kecilnya aliran modal dari dan ke luar negeri. Secara
umun, kita bisa merumuskan jumlah uang yang beredar dengan Ms = Ms + n.h (X – M
+ K) Dimana Ms = uang yang beredar dalam perekonomian tertutup n = money
multiplier h = bagian dari perubahan cadangan yang di rupiahkan K = aliran
netto modal ke dalam luar negeri Dalam teori makro yang sederhana, K di anggap
terdiri dari dua unsur: a. unsur yang tidak terpengaruh oleh faktor – factor
ekonomis b. unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya oleh
perbedaan antara tingkat bunga di luar negeri dan tingkat bunga di dalam
negeri. Jadi, K = K + K (rF,r) Dimana K = aliran modal yang autonomous Secara
gafik, kalau kita anggap bahwa neraca perdagangan tidak surplus ataupun
defisit, pengaruh di bukanya perekonomian terhadap Ms adalah berikut.
c.
Harga
Dalam model perekonomian terbuka, kita tidak lagi
hanya mempunyai satu tingkat harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat
umum, yaitu tingkat harga umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat
harga umum yang berlaku di luar negeri atau P$f. P$f adalah harga barang –
barang yang di jual atau dibeli di pasar luar negeri, yang dinyatakan dalam
mata uang asing . Harga jual ekspor kita dan harga beli impor di tentukan oleh
P . Tetapi yang lebih penting bagi warga masyarakat di dalam negeri adalah
berapa harga barang – barang tersebut kalau dinyatakan dalam satuan uang dalam
negeri. Antara P dan P , yaitu harga ekuivalensinya dalam satuan uang dalam
negeri, di hubungkan oleh kurs devisa, E P = E . P E merupakan harga dari
setiap $ dinyatakan dalam rupiah (misalnya, E = Rp 650 per US $) Jadi kita
lihat bagaimana perubahan E dan P bisa mempengaruhi secara luas dalam negeri,
yaitu melalui perubahan nilai X dan M yang mengikutinya. Dalam model pereonomian
terbuka, baik X maupun M dipengaruhi oleh harga luar negeri relatif terhadap
harga dalam negeri. Perumusan fungsi ekspor impor menjadi : X = X (P . E / P) M
= M (Y, Pf . / P) Terlihat disini bahwa yang relevan bagi para pelaku ekonomi
dalam negeri adalah harga relatif antara harga luar negeri yang dinyatakan
dalam satuan uang dalam negeri dengan harga dalam negeri. Jadi meskipun
seandainya P tidak berubah, kalau E berubah maka P berubah, dan ini selanjutnya
mempunyai pengaruh terhadap perekonomian dalam negeri.
4.
Masalah keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern
Dalam perekonomian tertutup, masalah ekonomi makro
yang utama adalah bagaimana mencapai tingkat output employment tanpa inflasi.
Sasaran ini sering disebut dengan istilah keseimbangan intern atau internal
balance. Dalam perekonomian terbuka disamping sasaran tersebut ada satu sasaran
lain yang biasanya ingin pula dicapai, yaitu neraca pembayaran yang seimbang.
Sasaran yang kedua ini sering disebut dengan istilah keseimbangan ekstern atau
eksternal balance. Ada dua masalah pokok dalam teori makro yang berkaitan
dengan sasaran keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern ini. Yang pertama
adalah masalah kemungkinan ketidakserasian antara kedua sasaran tersebut. Bila
keseimbangan intern tercapai belum tentu keseimbangan ekstern otomatis
tercapai. Demikian pula sebaliknya tercapainya keseimbangan ekstern tidak
menjamin tercapainya keseimbangan intern. Masalah pokok yang kedua, yang
berkaitan erat dengan masalah pertama, berkisar sekitar penentuan kebijaksanaan
atau kombinasi dari kebijaksanaan – kebijaksanaan yang tepat bagi tercapainya
kedua sasaran tersebut secara bersama – sama. Secara teoritis bisa ditunjukkan
bahwa kedua sasaran tersebut bisa dicapai secara simultan asal saja bisa
dirumuskan suatu kombinasi yang tepat antara kebijaksanaan yang bersifat mempengaruhi
tingkat pengeluaran agregat, dengan kebijaksanaan yang mempengaruhi komposisi
pengeluaran tersebut, khususnya komposisi antara pengeluaran tersebut,
khususnya komposisi antara pengeluaran untuk barang yang hanya di perdagangkan
di dalam negeri dan pengeluaran untuk barang yang di perdagangkan di luar
negeri.
5.
Masalah ketidakserasian
Dalam dunia klasik, masalah ketidakserasian tidak
timbul. Hal ini di sebabkan karena baik secara intern maupun secara ekstern,
perekonomian klasik mengandung di dalamnya mekanisme penyesuaian otomatis. Dan
yang lebih penting lagi mekanisme penyesuaian internnya konsisten dengan
mekanisme penyesuaian eksternnya. Kedua mekanisme tersebut bekerja saling
membantu untuk tercapainya sasaran keseimbangan ekstern dan keseimbangan intern
secara simultan. Dan yang palng menarik dari kedua mekanisme ini adalah bahwa
pemerintah tidak perlu bertindak apa – apa, dan mekanisme tersebut secara
otomatis akan membawa perekonomian ke posisi idealnya. Setiap Negara
menginginkan kedaulatannya dalam mengatur perekonomian nasional masing –
masing, dan tidak rela tunduk pada mekanisme alamiah yang tidak memberi peluang
bagi pemerintah nasional untuk bertindak demi kepentingan nasionalnya.
Kita sebutkan diatas bahwa dalam model perekonomian
terbuka impor ditentukan oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat harga
luar negeri relatif terhadap tingkat harga dalam negeri : M = M (Y, P .E / P)
Sedangkan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap
tingkat harga dalam negeri : X = X (P .E / P). Dengan tingkat pendapatan
nasional Y dan tingkat harga dalam negeri P, kita berada pada posisi P .E/P
pada sumbu horizontal. Kalau ditarik garis keatas, maka akan diperoleh posisi C
dan A yang berkaitan dengan tingkat ekspor Xo dan tingkat impor Mo. Jadi akan
ada deficit dalam neraca pembayaran sebesar (Mo – Xo). Jadi dengan adanya
keseimbangan intern Y, P, keseimbangan ekstern tidak tercapai. Tetapi
seandainya dengan nilai keseimbangan Y posisi fungsi impor adalah M(y), maka
tercapainya keseimbangan intern dibarengi dengan tercapainya keseimbangan
ekstern, karena pada posisi B neraca pembayaran seimbang. Yang perlu ditekankan
disini adalah bahwa posisi yang ideal seperti titik B hanya tercapai: secara
kebetulan dengan dilaksanakannya kombinasi kebijaksanaan makro yang tepat
Posisi tersebut tidak akan tercapai secara otomatis. Inilah inti dari apa yang
kita sebut sebagai masalah ketidakserasian antara keseimbangan intern dan
keseimbangan ekstern.
6.
Kebijakan dan peristiwa memengaruhi perekonomian
terbuka
Defisit negara pemerintah
Ketika pemerintah
mengalami defisit anggaran, jumlah penawaran dana pinjaman berkurang. Tingkat
suku bunga naik untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan dana pinjaman.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi mengurangi arus keluar modal neto.
Berkurangnyaarus keluar modal neto, pada akhirnya, mengurangi penawaran mata
uang lokal di pasar pertukaran valuta asing . Penurunan mata uang asing ini
menyeimbabkan nilai tukar riil terapresiasi. Apresiasi nilai tukar mendorong neraca
perdagangan kea rah defisit.
Dampak – dampak kuota impor
Ketika pemerintah
Malasya menerapkan kuota impor mobil dari Jepang, tidak terjadi apa-apa di
pasar dana pinjaman . Satu-satunya dampak meningkatkan ekspor neto (ekspor
dikurangi impor) untuk setiap nilai tukar riil. Akibatnya, permintaan ringgit
Malasya di pasar-pasar pertukaran valuta asing meningkat. Peningkatan
permintaan ringgit ini mengapresiasi nilai mata uang ringgit. Apresiasi mata
uang ringgit cenderung mengurangi ekspor neto sehingga mengimpaskan dampak
langsung dari kuota impor terhadap neraca perdagangan.
Dampak-dampak pelarian modal
Jika orang memutuskan
bahwa Filipina merupkan tempat beresiko untuk menyimpan tabungannya, mereka
akan memindahkan modal mereka ke tempat yang lebih aman seperti Amerika
Serikat, yang mengakibatkan peningkatan arus keluar modal neto Filipina. Oleh
karena itu, permintaan untuk dana pinjaman di Filipina naik dan ini mendorong
tingkat suku bunga riil Filipina. Karena arus modal neto lebih tinggi untuk
semua tingkat suku bunga. Pada saat yang bersamaan, di pasar pertukaran valuta
asing, penawaran peso naik. Kenaikan penawaran peso ini menyebabkan peso
terdepresiasi sehingga peso lebih bernilai dibandingkan dengan mata uang lain.
Kebijakan Perdagangan
Merupakan kebijakan
pemerintah yang secara langsung memengaruhi jumlah barang dan jasa yang diimpor
atau diekspor oleh suatu Negara. Kebijakan perdagangan ada dalam berbagai
bentuk. Salah satu, jenis kebijakan perdagangan yang umum adalah tarif, pada
pajak barang impor. Jenis lainnya adalah kuota impor, batasan jumlah barang
tertentu yang dapat diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri.
7.
Instrumen-instrumen Kebijaksanaan Fiskal dan Moneter
Keserasian
keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern tidak dating dengan sendirinya.
Pemerintah harus dengan sadar melalui kebijakan atau regulasi berusaha
mencapainya. Masalahnya adalah bagaimana caranya pemerintah dapat membuat suatu
kebijakan yang tepat.
Kelompok
kebijakan pertama adalah expenditure reducing/increasing policies. Yang
termasuk kebijakan ini diantaranya adalah semua kebijakan fiscal dan moneter
yang mempunyai efek utama terhadap tingkat Z. Misal perubahan pengeluaran
pemerintah (∆G), kebijakan tingkat bunga dalam negeri (r), penambahan jumlah
uang beredar (∆Ms), penurunan /peningkatan pajak pendapatan, dan lain-lainnya.
Kelompok kebijakan
kedua adalah expenditure switching policies. Yang termasuk kebijakan ini
diantaranya adalah semua kebijakan yang mempunyai efek utama terhadap tingkat
ekspor dan impor, misalnya kebijakan kurs devisa (devaluasi/revaluasi),
pembatasan terhadap impor dan bea masuk, dan lain-lainnya.
Dua
dalil umum mengenai kedua keseimbangan diatas, yaitu: 1) kombinasi kebijakan
terkait keserasian dua keseimbangan adalah tergantung pada posisi awal dari
perekonomian tersebut terjadi, dan 2) menerapkan dalil Tinbergen-Meade, yaitu
suatu dalil yang menjelaskan bahwa untuk mencapai keserasian kedua keseimbangan
tersebut perlu dilakukan dua sasaran atau target secara bersama-sama dan tidak
boleh hanya untuk salah satu keseimbangan saja yaitu dengan menerapkan dua
kebijakan diatas secara bersama-sama dan simultan.
DAFTAR PUSTAKA