Tuesday 4 December 2012

RESENSI

I. Identitas buku
 a. Judul buku : Dear Papa..
 b. Penulis : Hendri Yulius
 c. Design cover : Indiveart
 d. Perwajahan : Matizih
 e. Penerbit : PT. Elex Media Komputindo
 f. Tahun : 2009
 g. ISBN : 978-979-27-5283-0
 h. Dicetak oleh : Percetakan PT. Gramedia, Jakarta 

II. Tentang Penulis 
Hendri Yulius, lahir di Bandar Lampung, 20 Juli 1988. Menyukai bahasa asing sejak remaja, terutama Bahasa Jepang dan Korea. Pernah menjadi Youth Advisory Panel untuk United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia, badan PBB yang bergerak untuk dana kependudukan. Selain itu, ia juga pernah menjadi Global Youth Advisory Panel untuk kantor pusat UNFPA di New York. Beberapa tulisannya pernah dimuat di berbagai media massa, seperti MATABACA, Jurnal Perempuan, dan Majalah BHINNEKA. Hingga tahun 2012 ini, ia telah menerbitkan lebih dari delapan buku dengan beragam topik, seperti fiksi, bahasa asing, dan akuntansi. Ia juga pernah mengeditori buku Berbeda dan Berwarna yang diterbitkan oleh UNFPA. Saat ini, ia bekerja untuk organisasi internasional dari Inggris. 

III. Kelebihan dan Kekurangan
 a. Kelebihan : Cerita dalam buku ini sangat menarik, bahasa yang digunakan mudah dimengerti, gambar pada sampul buku sangat cocok, dan juga tema dalam cerita ini sejalan dengan alur ceritanya.
 b. Kekurangan : Pada cerita ini diceritakan bahwa anak kecil sudah berani mencuri uang; dan juga menceritakan judi itu menyenangkan, walaupun tetap ada akibatnya. 

IV. Manfaat Bisa kita ambil dalam buku ini hikmah dari semua kesabaran akan berbuah manis. Dan kasih sayang orangtua itu akan mengiringi kita disetiap langkah. Percayalah bahwa memaafkan itu indah rasanya. 

V. Kesimpulan 
            Seorang anak bernama Julian tinggal bersama neneknya dan menjalani hidupnya dengan penuh kesedihan. Dia memimpikan kehangatan kasih sayang dari kedua orangtuanya yang tinggal jauh darinya. Setiap minggu dan hari libur barulah dia bisa bertemu dengan orangtuanya. Rasa kasihan selalu dirasakannya saat bertemu dengan ayah kandungnya. Ayahnya mengalami stroke karena darah tinggi dan menyebabkan semua tubuh bagian kanannya mati. Hal ini menyebabkan ayahnya menjadi lebih pemarah dan putus asa. Sikap kasar ayahnya mengharuskan Julian merasa benci terhadap ayahnya. Dengan berjalannya waktu, ayah dan ibunya memutuskan untuk berpisah. Ibunya membawa Julian, kakak, dan adiknya pindah ke Jakarta dan menetap disana. Beberapa lama kemudian, ayahnya datang menemuinya di Jakarta dan memberikan kasih sayang yang dulu tak pernah dirasakannya.

No comments:

Post a Comment