Friday 15 May 2015

Reformasi



Bab I : Pendahuluan

A.     Latar belakang masalah
Aksi demo yang tak bisa dibendung lagi oleh sebagian masyarakat di negara-negara timur  tengah pada awal tahun 2011 ini. Bermula dari rakyat Tunisia yang melakukan demo menuntut presiden yang menjabat di negeri tersebut untuk mundur. Hal itu dilakukan masyarakat Tunisia sebagai tindakan protes atas kepemimpinan presiden Tunisia yang sudah melewati batas dari norma-norma yang berlaku. Perlakuan rakyat Tunisia ini rupanya dicontoh pula oleh rakyat mesir, mereka-mereka rakyat mesir menunjukkan kebosanannya atas kepemimpinan yang dijalanankan presiden Mesir selama ini.


B.     Rumusan masalah
Rakyat tak bisa tinggal diam bila negerinya tidak kunjung terlepas dari tindak korupsi para pejabat negaranya, harga-harga kebutuhan pangan yang tinggi, kemiskinan yang merajalela, dan angka pengangguran yang semakin bertambah.

Aksi demo seperti yang dilakukan rakyat Tunisia dan Mesir merupakan bentuk klimaks dari kejenuhan rakyat akan sistem pemerintahan yang tidak dikelola dengan baik. Bagaimana rakyat kecil harus dapat menahan emosi jika dalam suatu tempat kelahirannya, jurang antara si Kaya dan si Miskin semakin menganga lebar. Cepat atau lambat, setiap rakyat tersebut pasti akan protes, dan kemudian dia akan berusaha menyuarakan kebenaran yang semestinya menjadi landasan dalam berkehidupan dalam suatu lingkup negara bahkan dunia.

C.     Tujuan
·           Mengulas permasalahan mengenai reformasi di Timur Tengah
·           Mengkaji permasalahan mengenai reformasi di Timur Tengah
·           Mempelajari permasalahan mengenai reformasi di Timur Tengah
·           Menganalisis permasalahan mengenai reformasi di Timur Tengah
·           Menyimpulkan permasalahan mengenai reformasi di Timut Tengah


Bab II : Reformasi di Timur Tengah

Description: timur-tengah-300x280.jpg

A.          TUNISIA
sebagaimana beberapa negara Timur Tengah yang lain, kondisinya secara umum memang matang untuk memicu ledakan. Pemicu utamanya adalah tidak adanya tiga hal, yaitu: kebebasan; keadilan; dan kesejahteraan. Hal tersebut sudah menumpuk lebih dari empat puluh tahun, dari semasa Habib Bourguiba (25 July 1957 – 7 November 1987) sampai Zaenuddin bin Ali (November 7, 1987 – 14 January 2011). Selama itu, kekuatan diktator militer yang dipimpin Ben Ali ini sudah berhasil memukul seluruh lawan politiknya, termasuk dari harakah islamiyah seperti Hizbun Nahdhah. Seluruh pimpinan Hizbun Nahdhah dipenjara, partainya dibubarkan dan dijadikan partai terlarang. Pemimpinnya, Rashid al-Ghannushi diusir keluar atau tepatnya lari keluar dan tinggal di Inggris hingga 22 tahun.
Pemicu revolusi Tunisia pada awalnya ada seorang insinyur, Muhammad Bouazizi, yang tidak mendapatkan perkerjaan. Akhirnya bekerja sebagai pedagang kaki lima, menjual buah-buahan dan sayuran dengan gerobak dorong. Sebagaimana biasa, penjual kaki lima sering menjadi korban razia petugas kamtib. Ia ditangkap, barangnya disita dan dibawa ke Kantor Walikota Sidi Bousaid. Ia dan teman-temannya mendatangi Kantor Pemda protes dan meminta barang-barangnya dikembalikan. Dan kebetulan pejabat walikotanya itu seorang perempuan. Bouazizi sangat vokal mewakili teman-temannya untuk menuntut dikembalikan barang-barang yang disita. Tapi ia diperlakukan kasar sampai ditempeleng wajahnya oleh pejabat walikota. Karena tidak ada jalan lain untuk melawan kekuasaan yang demikian besar, ia melakukan protes dengan menyambar jerigen bensin dari pedagang bensin eceran, lalu menyiram dirinya dengan bensin dan membakar diri di depan kantor walikota sampai meninggal. Aksi yang dilakukan setelah shalat Jum’at, 17 Desember 2010 itu menyulut aksi dan demonstrasi besar-besaran di kota Sidi Bousaid. Dari sinilah revolusi Tunisia meledak.
Semua meledak tanpa ada perencanaan. Akhirnya ledakan revolusi ini berhasil menjatuhkan Ben Ali. Seorang Bouazizi menjatuhkan Presiden Tunisia, Ben Ali. Ben Ali kemudian lari ke luar negeri pergi mencari suaka politik. Pesawatnya berputar-putar terbang di atas Eropa selama 8 jam, tapi tidak ada yang mau menerima. Akhirnya pemerintah Arab Saudi mau menerimanya setelah ia terbang selama 8 jam tanpa tujuan yang jelas.
Alhamdulillah reformasi dan revolusi di Tunisia bergulir cepat. Kelompok-kelompok yang tadinya ditindas oleh Ben Ali tumbuh kembali. Baik dari komunis, sosialis, sekuler, nasionalis, semuanya tumbuh subur. Rashid Ghanouchi, yang selama 20 tahun mengungsi ke Eropa kembali ke Tunisia. Saat kembalinya, beliau disambut di airport oleh masyarakat luas sampai puluhan ribu. Jumlah tersebut fantastis dan luar biasa untuk skala Tunisia, karena jumlah penduduknya hanya sepuluh juta. Partai penguasa, yaitu Hizb Tajammu’ Dusturi (Partai Perkumpulan Konstitusi) telah dibubarkan. Inilah kelebihan reformasi di Tunisia yang dapat membubarkan partai penguasa.
Sekarang, kondisi angin kebebasan politik itu luar biasa, termasuk kebebasan dakwah. Namun secara umum, ekonomi Tunisia yang berbasiskan wisata itu ambruk. Pertumbuhan ekonominya minus. Dahulu pertumbuhannya sekitar 5-6%. Kondisi keamanan pun kacau. Karena polisi-polisi dahulu digunakan sebagai alat represi dan memberangus demonstrasi atau membunuh demonstran sehingga terjadi kebencian luar biasa kepada polisi. Akhirnya pihak polisi ini tidak berani tampil dalam pengelolaan keamanan. Banyak yang mengundurkan diri dan masyarakatpun tidak mau menerima kehadiran mereka. Di sisi lain, partai penguasa yang dibubarkan mengacaukan situasi dengan menumbuhkan premanisme, istilah arabnya balthajiyah.

B.      MESIR
Gejolak di Tunisia yang berhasil tuntas dengan cepat, juga merembet ke Mesir. Di Mesir tidak ada pemicu seperti kasus Bouazizi. Kondisi di Mesir juga sama dengan Tunisia karena ekonominya tertumpu kepada wisata. Ekonominya cukup parah kondisinya. Partai berkuasanya yang dibubarkan juga mengembangkan premanisme di mana-mana.
Saat ini kepolisian belum berperan. Kalaupun ada dan baru mulai, itu polisi lalulintas. Yang lain-lain posnya kosong. Yang berperan memegang manajemen pasca kejatuhan Mubarak ini adalah Dewan Tinggi Militer (Majelis A’laa al ‘Asykariy). Dewan itu, walaupun sejak awal mengatakan pro-demonstran, pro-reformasi dan pro-revolusi (tsaurah), bagaimanapun juga ada usaha-usaha (dengan banyak pihak lainnya) untuk membatasi tuntutan perubahan.
Untuk mengelola peluang politik ini, Ikhwanul Muslimin sudah mendirikan partai yang bernama Hizbul Hurriyah wal ‘Adaalah (Partai Kebebasan dan Keadilan). Ketuanya adalah DR. Muhammad Mursi, dahulu menjabat ketua fraksi di Mesir. Wakilnya DR. Essam Al Urian, sekjennya DR. Muhammad Sa’id Katatni. Partai dideklarasikan sebagai partai terbuka bagi seluruh rakyat Mesir (kecuali mantan anggota partai penguasa lama) termasuk masyarakat Kristen Qibthy (koptik). Sebagai partai terbuka, sama haknya antara muslimin dan masihiyyiin untuk masuk di partai dan untuk menempati jabatan apapun di dalam partai ini jika terpilih oleh syuro. Kebijakan Ikhwan tidak akan mencalonkan pada periode ini untuk menjadi presiden, walaupun menang pemilu. Diumumkan juga PKK tidak akan mendirikan negara agama, tapi negara madani.
Mesir tenggelam dalam demonstrasi anti-pemerintah yang paling serius sejak Presiden Hosni Mubarak berkuasa pada 1981. Hal ini sekaligus menjadi uji coba pasukan keamanan yang kuat dalam pemimpin biri-biri politik bagi dunia Arab.
Berikut adalah perkembangan utama di Mesir tahun ini:
17 Januari
• Seorang pria berusia 50 tahun membiarkan dirinya sendiri terbakar di luar gedung parlemen. Ini jelas meniru aksi bunuh diri di Tunisia pertengahan Desember. Kejadian ini juga memicu pergolakan yang menggulingkan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali.
18 Januari
• Seorang laki-laki usia 25 tahun meninggal dalam sebuah kerusuhan kebakaran di utara  kota Alexandria. Satu orang lainnya, seorang pengacara berumur empat puluhan, sendirian melakukan aksi di luar markas pemerintah di Kairo.
24 Januari
• Mohamed ElBaradei membakar rakyat Mesir dengan mengatakan bahwa Mesir harus bisa melakukan apa yang telah dilakukan rakyat di Tunisia.
25 Januari
• Demonstrasi anti-pemerintah diikuti oleh ribuan orang di jalan-jalan Mesir. Dua demonstran tewas di Suez setelah bentrokan dengan polisi dan di Kairo seorang petugas polisi meninggal setelah dipukuli oleh para demonstran.
26 Januari
• Ribuan orang berdemonstrasi di kota-kota Mesir, meskipun larangan ketat diberlakukan oleh pemerintah. Gas api dan air mata dilepaskan oleh polisi Mesir pada para demonstran.
• Di Kairo seorang pengunjuk rasa dan seorang polisi tewas dalam bentrokan.
• Di Suez, 55 demonstran dan 15 polisi cedera dalam bentrokan.
27 Januari
• Pasukan keamanan Kairo membanjiri pusat.
• Ratusan pengunjuk rasa bentrok dengan polisi di Suez dan Ismailiya.
• Seorang pemuda ditembak mati oleh polisi di kota Sinai Syekh Zuwayed.
• Gedung Putih memperingatkan pemerintah Mesir dan para demonstran bahwa mereka memiliki "kewajiban" untuk menghindari kekerasan.
• Uni Eropa meminta Mesir agar menghormati hak untuk protes.
Description: http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/laporan-khusus/0egyptreformation3.jpg
28 Januari
• Protes anti-rezim kembali digelar setelah salat Jumat.
• Di Kairo, polisi anti huru-hara menembakkan peluru gas air mata dan karet untuk membubarkan puluhan ribu demonstran, sedangkan di Suez pengunjuk rasa terbunuh dan di Alexandria gedung Governorat dibakar.
• Akses layanan internet di Mesir ditutup.
• Mohamed ElBaradei bergabung dengan ribuan orang setelah salat Jumat di Kairo, sehari kemudian ia kembali ke rumahnya dan mengatakan dia siap untuk "memimpin transisi."
• Mubarak memberlakukan jam malam dan meminta tentara untuk membantu polisi.
• Amerika Serikat, Inggris dan Jerman menyatakan keprihatinan tentang kekerasan. Inggris mengatakan bahwa pengunjuk rasa berhak memiliki "keluhan yang sah."
• Para pengunjuk membakar markas besar Partai Demokrasi Nasional yang berkuasa.
29 Januari
• Puluhan ribu demonstran membanjiri jalanan Kairo, mengabaikan jam malam yang juga diterapkan di Alexandria dan Suez.
• Bentrokan antara para demonstran pecah dengan pasukan keamanan.
• Tiga orang tewas di ibukota sementara massa di Rafah menewaskan tiga polisi.
• Jumlah korban tewas secara nasional sejak Selasa mencapai minimal 51.
• Bentrokan terjadi juga di Ismailiya.
• Tentara meminta rakyat Mesir untuk melindungi diri terhadap para penjarah. Puluhan toko dijarah di Kairo.
• Pengunduran diri dari pemerintah, yang dijanjikan oleh Mubarak, diumumkan.
• Ahmed Ezz, secara luas dilihat sebagai bagian terpenting dari sebuah rezim korup, mengundurkan diri dari Partai Demokrasi Nasional.
• Ikhwan, kelompok oposisi yang dilarang, menyerukan transisi damai kekuasaan melalui kabinet.
• ElBaradei mengatakan bahwa Mubarak "harus pergi."
• Yusuf al-Qaradawi, ulama berpengaruh, mendesak Mubarak untuk mundur demi kebaikan negara.
• kepala intelijen Mesir Omar Suleiman dilantik sebagai wakil presiden. Ini terjadi pertama kalinya dalam kepresidenan Mubarak selama 30 tahun.
Description: http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/laporan-khusus/0egyptreformation4.jpg
30 Januari
• Ribuan narapidana keluar dari penjara.
• Pesawat-pesawat tempur Mesir terbang rendah di atas para demonstran di pusat kota ketika Mubarak melakukan kunjungan komando kepada militer pusat.
• Oposisi Mesir meminta ElBaradei bernegosiasi dengan rezim.
• Al Jazeera channel diperintahkan untuk ditutup di Mesir.
• Amerika Serikat dan beberapa pemerintah lain mempersiapkan untuk mengevakuasi warga mereka dari Mesir.
• Gedung Putih AS mengatakan bahwa Presiden Barack Obama telah menyuarakan dukungan untuk "transisi damai dari pemerintah yang responsif terhadap aspirasi rakyat Mesir."
• Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel hati-hati mengamati perkembangan.
• Enam hari protes nasional menyebabkan sedikitnya 125 orang tewas.
• Polisi diperintahkan kembali ke jalan-jalan dan jam malam diperpanjang untuk menjalankan.
• Parlemen Fathi Surur mengatakan hasil pemilihan parlemen 2010 yang penuh kecurangan akan direvisi.

C.          LIBYA
Revolusi juga merembet ke Libya. Di Libya peran kabilah sangat besar. Termasuk dalam melakukan perlawanan militer, mengingat kabilah di sana bersenjata, selain juga militer banyak yang bergabung. Militer regular di Libya justeru tidak terlatih. Peralatannya juga tidak dimodernisasi oleh Qadhafi. Ia hanya memodernisasi lima brigade yang dipimpin langsung oleh anak-anaknya baik peralatan maupun pelatihannya. Brigade inilah yang menjadi andalan Qadhafi dalam menghadapi demonstran. Adapun pasukan regular lainnya sudah bergabung dengan demonstran. Kekuatan andalan lainnya dari Qadhafi adalah pemberontak di seluruh dunia yang pernah ia bantu selama empat puluh dua tahun berkuasa. Qadhafi menjadi pionir dalam pembiayaan atau mendukung pemberontakan-pemberontakan, atau siapapun yang memberontak di berbagai belahan dunia. Mau islam, kanan, kiri, komunis, semua didukung, dipersenjatai, dan dibiayai olehnya. Sekarang sepertinya mereka ditagih balas budi. Para pemberontak di Negara Afrika dan Eropa Timur diminta untuk mengirimkan pasukannya dan dibiayai, dikirimi pesawat atau apapun untuk menjadi tentara bayaran. Mereka semua sudah terlatih. Qadhafi mempunyai stok senjata yang banyak yang biasa untuk mensuplai para pemberontak. Sekarang ini perang terjadi antara gerakan revolusi (pasukan regular) melawan lima brigade plus tentara bayaran yang berasal dari daerah-daerah pemberontakan di seluruh dunia ini.
Walaupun begitu, di sisi lain, alhamdulillah NATO masuk. Kepentingannya hanya mengamankan infrastruktur minyak yang memang kebanyakan milik Negara-negara Barat termasuk di daerah Bulan Sabit. Kalau dilihat peta terutama bagian pantai Libya itu ada ceruk yang seperti bulan sabit yang merupakan daerah minyak. Infra struktur minyak itulah yang diamankan oleh Negara-negara Barat karena milik perusahaan-perusahaan barat. Jadi walaupun dalihnya kemanusiaan karena banyak yang terbunuh di Libya, tetapi esensinya sebenarnya menjaga infrastruktur industri minyak Libya yang memang banyak milik mereka. Kedatangan NATO cukup membantu dalam menghancurkan kekuatan-kekuatan Qadhafi yang sekarang ini sudah lebih terisolir di wilayah barat, yaitu di daerah Tripoli dan kota kecil di sekitarnya, terutama di wilayah Babul ‘Aziziyah. Tapi sekarang Babul ‘Aziziyah pun sudah sering dibombardir walaupun secara selektif mengingat di sana masih ada penduduk dilarang keluar untuk dijadikan tameng manusia.
Saat ini para revolusioner sudah membentuk pemerintahan dewan transisi nasional, dipimpin oleh Menteri Kehakiman yang membelot Muhamad Alaky. Menteri-menteri Qadhafi sudah banyak yang membelot, diantaranya Menteri Perminyakan.
16-20      Februari 2011
Pada tanggal 16 Februari 2011, bentrokan antara demonstran anti-pemerintah dan pasukan keamanan dimulai di Benghazi, Libya yang merupakan kota terbesar keduanya. Seiring kekerasan menyebar ke kota-kota lain, pasukan oposisi mengambil alih kontrol bagian timur Libya, termasuk Benghazi.
Sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan 10 orang tewas di al-Baida dan pasukan keamanan telah mengepung kota. Saksi melaporkan bahwa sebuah helikopter menembaki kerumunan orang di Benghazi dan tentara bentrok dengan pengunjuk rasa di pawai pemakaman.
Para pengunjuk rasa menggunakan mobil yang dipenuhi dengan bahan peledak dan sebuah tank dalam upaya untuk masuk ke sebuah markas militer di dekat Benghazi.


21-23      Februari 2011
Quryna, sebuah surat kabar pro-pemerintah, melaporkan bahwa tentara bayaran Afrika melepaskan tembakan ke arah warga sipil di Tajouraa.
Saksi di Tripoli mengatakan kepada CNN bahwa pesawat tempur dan helikopter sedang melakukan serangan udara di sekitar ibukota. Pemerintah Libya membantah bahwa pesawat itu digunakan untuk melawan pengunjuk rasa, melainkan menargetkan depot senjata di daerah terpencil.
Di Tobruk, kantor polisi dan bangunan lainnya telah dirampok oleh para separatis. Seorang pemimpin setempat mengatakan para anggota separatis tersebut mengancam untuk memotong ekspor minyak dari Libya timur.

24-25      Februari 2011
Pertempuran besar antara pasukan pendukung pemimpin Libya Moammar Gadhafi dan demonstran anti-pemerintah menyebar ke Zawiya, Tajura, Misrata dan berlanjut ke Tripoli.
Pasukan oposisi mengambil kendali Misrata pada tanggal 24 Februari 2011, demikian menurut saksi dan laporan media.
Dokter di sebuah rumah sakit di Zawiya mengatakan 17 orang-orang tewas dan 150 luka-luka dalam pertempuran di sana. Setelah sebelumnya surat kabar pro-pemerintah melaporkan bahwa tentara bayaran menembak pada warga sipil tidak bersenjata di Tajura, dekat Tripoli.
Di dalam ibukota, saksi mata mengatakan artileri dan penembak jitu digunakan dan pasukan keamanan menembakkan senjata dan gas air mata untuk membubarkan orang banyak.

26-28      Februari 2011
Setelah mengambil alih Zawiya, pasukan anti pemerintah dipukul mundur oleh pasukan Gadhafi, menurut seorang pemimpin oposisi. Seorang pejabat di rezim Gadhafi membantah bahwa pasukan pemerintah menyerang kota.
Sebuah jet militer membom sebuah pangkalan militer dekat Ajdabiya, sebuah kubu oposisi, menurut laporan, seorang saksi mengatakan bahwa pasukan oposisi menghalangi serangan terhadap sebuah stasiun radio ke Misrata.
Anti-pasukan pemerintah mengambil alih kota Nalut, dekat perbatasan Tunisia, namun Pasukan Libya yang setia kepada Gadhafi kembali mengambil alih dalam hitungan hari.

1-3              Maret 2011
Pihak militer Libya meningkatkan upaya untuk merebut kembali daerah yang direbut oleh pemberontak. Pesawat tempur Libya menjatuhkan bom di dekat alBrega Ajdabiya dalam dua hari berturut-turut. Al-Brega memiliki tambang minyak yang penting dan tambang gas alam.
Tindak kekerasan yang terlukiskan menghantam Zawiya, demikian menurut seorang saksi yang mengatakan pasukan pro-pemerintah menyerang demonstran dengan mortir dan senapan mesin. Pejuang pro-Gadhafi juga berperang dengan pasukan oposisi di Ras Lanuf dan Misrata.
Pasukan anti pemerintah sukses dalam menjaga Zawiya dan Misrata, dan juga mengambil alih Ras Lanuf, sebuah kota minyak yang strategis.
Serangan udara juga menghantam sebuah depot senjata di Benghazi serta jalan utama yang menuju Ras Lanuf.
Televisi pemerintah mengatakan bahwa pasukan pemerintah telah memperoleh kendali atas Tobruk, namun saksi mata mengatakan bahwa tempat tersebut masih di bawah kendali pasukan oposisi. Pasukan Gadhafi tampak hanya memperoleh kendali atas kota Bin Jawad.

8-9              Maret 2011
Pasukan pemberontak menembakkan senapan anti serangan udara ketika pasukan udara Libya menyerang Ras Lanuf. Sebuah tanker penyimpanan minyak terkena tembakan dalam pertempuran ini, menandakan pertama kalinya infrastruktur minyak di negeri ini rusak oleh pertempuran.
Pasukan yang setia pada Gadhafi mengatakan bahwa mereka telah mengambil alih kembali kekuasaan di Zawiya, tapi pertempuran di sana masih terus berlangsung, demikian dilaporkan oleh para saksi mata dan juga dapat disaksikan melalui siaran video. Di dekat Zuwarah, saksi mata mengatakan bahwa situasi tegang, dengan adanya pendukung Gadhafi yang mengelilingi kota, tapi banyak kegiatan usaha yang tetap berjalan seperti biasa.
Kota-kota lain yang juga telah dikendalikan oleh pasukan oposisi, termasuk Nalut, Ajdabiya, dan Misrata, juga dilaporkan dalam keadaan tenang.

10-12 Maret 2011
Setelah bertempur selama seminggu, pasukan pemerintah mengambil alih kendali Zawiya dari tangan pasukan oposisi. Seorang reporter ITV mengatakan bahwa dokter-dokter menginformasikan sangat banyak warga sipil yang terluka maupun terbunuh dalam serangan ini. Pasukan pemerintah terus membombardir Ras Lanuf dengan roket, senjata artileri, dan tank. Keadaan pada waktu itu sangatlah kacau.

13-15      Maret 2011
Pasukan pro-Gadhafi mengambil kontrol al-Brega. Pemimpin oposisi mengkonfirmasikan hal ini namun mengatakan bahwa ini adalah sebuah rencana taktis. Beberapa waktu kemudian, masih tidak jelas siapa yang telah mengendalikan al-Brega.
Pasukan pemerintah melanjutkan penyerangan ke arah  timur dan berhasil menyerang serta mengendalikan Ajdabiya dari tangan  pasukan pemberontak.
Di Libya bagian barat, pasukan pro-Gadhafi yang memiliki tank dan persenjataan artileri berat bertempur dengan pasukan pemberontak di Zuwara selama berjam-jam sebelum berhasil mengambil alih kota tersebut.

18 Maret 2011
UN Security Council menyetujui adanya zona larangan terbang bagi Libya, dan juga mengizinkan penggunaan senjata untuk melindungi warga sipil. Pemerintah Libya menanggapi keputusan ini dengan mengadakan gencatan senjata darurat dengan pihak pemberontak.


D.          YAMAN
Revolusi Tunisia merembet ke Yaman sejak empat bulan yang lalu. Penggerak utama perubahan di Yaman berpusat pada Kabilah Hasyid. Kabilah ini dahulu dipimpin oleh keluarga Abdullah Al-Ahmar dan termasuk salah satu kabilah besar di Yaman. Sekarang kabilah ini dipimpin oleh anaknya yang bernama Shodiq al-Ahmar. Kabilah Hasyid ini bersenjata. Setelah rumah Shadiq al-Ahmar dirudal oleh Ali Abdullah Shaleh, kabilah ini melakukan perlawanan bersenjata.
Dalam koran-koran di Indonesia, ditulis berita bahwa istana dirudal oleh pihak Hasyid. Padahal peristiwa sebenarnya tidak seperti itu. Karena sudah terjadi pertempuran sengit, maka loyalitas masyarakatnya kembali kepada kabilah. Rupanya di dalam pasukan pengawal istana ada unsur Hasyid yang kemudian meledakkan salah satu bangunan di komplek istana. Jadi ledakan bukan dari tembakan rudal, melainkan diledakkan dari dalam. Ali Abdullah Shaleh menuduh Hasyid sebagai pelakunya.
Dalam ledakan tersebut delapan pejabat teras; presiden, perdana menteri, ketua DPR, ketua Majelis Syuro dan pejabat-pejabat tinggi terluka berat. Termasuk di dalamnya Ali Abdullah Shaleh, badannya 40% luka bakar, luka terkena pecahan bom yang menusuk rusuk sebelah kiri menembus antara jantung dan paru-paru sampai mengenai paru-paru sebelah kiri. Karena luka itu paru-paru kirinya mati dan tidak berfungsi. Ia lari ke Arab Saudi, bahkan di jemput oleh pesawat Saudi. Sekarang dirawat di rumah sakit militer Riyadh. Walaupun di media sementara mengatakan beberapa hari lagi sembuh, sebetulnya belum tentu sembuh dalam setahun. Kemungkinan Ali Abdullah Shaleh untuk kembali ke Yaman sangat kecil saat ini. Karena itu Amerika mengatakan akan mendorong adanya peralihan kekuasaan secara damai dengan segera.
Selama 33 tahun berkuasa, Ali Abdullah Shaleh tidak melaksanakan tugas konstitusi untuk mengangkat wakil presiden. Baru di akhir-akhir, setelah dituduh diktator karena tidak mau ada wakil, ia mengangkat wakilnya. Dipilih orang yang lemah yaitu Abdul Rabb Al-Mansyur, merupakan pilihannya terakhir sesudah didemo. Wakil presiden ini ditunjuk untuk menggantikan sementara kekuasaan di Yaman, tapi ditolak oleh demonstran. Demonstran meminta supaya segera bentuk majelis transisi (Majelis Intiqoly).

E.           SYIRIA
Revolusi di Syiria sudah berlangsung sejak tiga bulan terakhir. Pencetus demonstrasi di Syiria dimulai dari komunikasi seorang guru perempuan sebuah SMP yang berteleponan dengan teman-temannya di Mesir. Kata temannya di Mesir, “Alhamdulillah Husni Mubarak sudah turun”. Guru perempuan itu menjawab,”Mudah-mudahan di sini juga begitu”. Rupanya telponnya itu disadap. Si ibu guru ini ditangkap dan digunduli rambutnya. Kebetulan di provinsi daerah itu panglima keamanannya juga saudara sepupu dari Basyar Asad.
Ibu guru ini berasal dari keluarga yang cukup dikenal dan kabilahnya besar. Kabilahnya langsung protes. Uniknya, yang mula-mula protes dalam bentuk demonstrasi justeru murid-muridnya di SMP. Demonstrasi dengan mencorat-coret dinding kota dengan kalimat-kalimat slogan revolusi yaitu “Asy-Sya’bu yuriid isqaathun nizham – الشعب يريد إسقاط النظام “ (rakyat ingin menjatuhkan rezim ini). Anak-anak SMP itu ditangkap, disiksa, dipenjara sampai ada yang meninggal namanya Hamzah al Khathib yang masih berusia 13 tahun. Inilah yang kemudian meledakkan protes besar-besaran. Para orang tua ramai-ramai mendatangi markas keamanan untuk meminta anak-anaknya dibebaskan. Tapi malah ditantang petugas keamanan dengan mengatakan: “Hari ini saya menangkap anak-anak kalian, nanti besok istri-istri kalian saya tangkapi”. Rupanya kepongahan ini membuat ledakan jadi lebih besar lagi.
Perlu diketahui dari segi komposisi kependudukan, kalau di Tunisia sunni-maliki, di Mesir sunni campur antara maliki dan syafii, Yaman mayoritas Sunni – Syafi’i, di Syiria yang penduduknya 22 juta, mayoritas sunni-hanafi dan banyak ulamanya, tetapi kekuasaan dipegang oleh ekstrimis syi’ah yang disebut Ghulaathu Syi’ah Nusyairiyah. Jumlah mereka 8% atau sekitar 2 juta. Akan tetapi satu-satunya partai berkuasa, yaitu Partai Ba’ats diisi oleh Nusyairiyah. Mereka menguasai partainya, menguasai militer, menguasai intelejen dan menguasai pemerintahan secara umum. Jadi pemerintahannya bersifat sektarian, thaaifiyah. Dengan kebangkitan revolusi ini, sudah barang tentu mereka mengkalkulasi ulang kekuatan. Jika revolusi ini berhasil, bukan saja jatuhnya Basyar Asyad atau pemerintahan Syiria, tapi juga jatuhnya Thaifah Nusyairiyah. Maka mereka menghadapi demonstran dengan logika Hamaa dan Haaliiq pada tahun 1982. Sekarang terjadi pembantaian setiap hari di sana dan sekitar 50 hingga 100 tewas setiap hari.
Di militer, prajuritnya kebanyakan sunni. Beberapa di antara sunni sudah bisa mencapai pangkat setinggi kolonel. Sesudah prajurit sunni mengumumkan bergabung dengan revolusi dan demonstran, mereka dikepung dan banyak yang dibunuh. Bahkan setiap tentara yang menolak diperintah untuk menembak rakyat tidak berdosa, ditembak mati. Baru beberapa yang lalu di perbatasan Turki, daerah Syuhur, 120 orang tentara yang membelot dibunuh oleh temannya sendiri karena tidak mau menembaki demonstran yang lari masuk ke perbatasan Turki.
Pemerintahan Turki membuka diri tidak menutup perbatasan. Pengungsi masuk bebas dan ditampung di sana melalui perbatasan Syuhur. Tampaknya Syiria akan menelan korban banyak seperti di Libya. Bahkan mungkin akan memperlakukan demonstran seperti Libya. Hanya saja di Libya kaum perlawanan memiliki senjata, sedangkan di Syiria tidak punya senjata. Kita tidak tahu apakah Barat atau NATO akan dapat mandat dari Dewan Keamanan PBB atau tidak. Saat ini masalah Syiria sudah mulai dibahas di Dewan Keamanan atas pengajuan Perancis dan Inggris. Belum diketahui apakah akan diperlakukan seperti Libya atau tidak.
Inilah perkembangan di Syiria yang kondisinya sangat sulit, kecuali kalau terjadi intervensi seperti di Libya. Tapi alasan riil untuk intervensi seperti di Libya seperti adanya infrastruktur perusahaan minyak, di Syiria tidak ada. Syiria adalah negara yang tidak punya minyak. Jadi sampai sekarang pun sulit diperkirakan apa benar Barat mau masuk karena tidak ada kepentingan bagi mereka. Bagi kelompok Nusyairiyah kondisi Syiria saat ini dianggap penentuan hidup atau mati. Pokoknya logika bahasa jawanya “TIJI TIBEH” mati siji mati kabeh. Mereka main tembak saja, tidak melihat perempuan, laki, tua, muda, anak-anak semua disikat saja.

A.          IRAK
Peta kependudukan Irak mayoritas sunni. Namun sunninya terpecah antara dua kubu, yaitu kubu Arab dan kubu Kurdi. Kalau sunni Kurdi dan Arab bersatu maka akan jadi mayoritas sekitar 60% lebih. Cuma Sunni Kurdi dan Sunni Arab terpisah sendiri-sendiri, sementara Syi’ah bersatu. Ini yang membuat posisi sunni lemah.
Syi’ah bersatu ditambah backup dari Iran. Kalangan Syi’ah itu sangat mengobarkan semangat thaaifiyah, semangat sektarian. Kemudian juga mengangkat kebanggaan kejayaan Parsi. Karena Irak memang, sebelum perang Qadisiyah dan futuh Qadisiyah berada di bawah kepemimpinan Parsi. Mereka berusaha pasca penjajahan Amerika terjadi dominasi kekuasaan Syi’ah. Nur Maliki juga merupakan bagian dominasi dari kekuasaan Syi’ah.
B.               IRAN
Pemerintah Iran sebagaimana diberitakan sibuk mengurusi masalah isu nuklir, lalu isu Hizbullah. Sementara Nusyairiyah di Syiria juga membutuhkan bantuan mereka. Selain itu ada isu reformasi dari sebagian kalangan sekuler Iran. Sehingga dengan itu sunni dapat bergerak lebih baik dan menyebar. Terutama di daerah Balukistan. Sebuah daerah Iran perbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan yang mayoritas sunni.
Sebetulnya jumlah penduduk sunni di Iran itu 1/3 dari penduduk Iran. Dan 2/3 dari mereka ada di Balukistan. Sekarang masalah wilayatul faqih, masih tetap merupakan sandungan bagi sunni. Karena walaupun daerah itu penduduknya sunni, tetap saja orang Syi’ah menaruh tokoh agamanya sebagai wilayatul faqih. Sekarang lagi diprotes agar di wilayah sunni tidak ada wilayatul faqih.
Secara umum prospek popularitas Iran ke depan akan tertekan dengan negara-negara sunni semakin tampil di percaturan dunia, termasuk Indonesia, Turki yang mulai lebih tampil dan sekarang Negara Timur Tengah yang basis sunni juga mulai tampil. Iran sebagai negara syi’iy kembali proporsional sebagai minoritas setelah sebelumnya seolah-olah syi’ah-lah yang mayoritas di dunia, karena negara-negara basis sunni tidak pada tampil.

Bab III : Pembahasan
Reformasi Timur Tengah
Disebut demikian, karena ada yang lebih suka menggunakan kata ”reformasi” untuk menyebut apa yang terjadi di Timur Tengah saat ini—Arab secara gamblang memberikan gambaran kepada kita bahwa rezim otoritarian, otokratik tidak memiliki tempat lagi.
Gelombang revolusi yang menjungkalkan para penguasa itu juga menjelaskan—dalam bahasa Samer Frangie, seorang profesor politik di American University of Beirut, dalam tulisannya yang diterbitkan oleh openDemocracy—tentang keterbatasan ”revolusi dari atas” dan menegaskan perlunya reformasi lebih dalam, lebih mendasar terhadap ideologi, kultur, dan masyarakat Arab.
Revolusi dari atas cenderung melahirkan pemimpin yang dalam perkembangannya korup, otoriter, otokratik. Karena itu, dibutuhkan reformasi total.
Zine al-Abidine Ben Ali, yang berkuasa lewat kudeta konstitusional tahun 1987, telah mengembangkan pemerintahan yang korup, tangan besi, otokratik, dan membiarkan orang- orang serta keluarganya menjarah kekayaan negara. Ia akhirnya disingkirkan revolusi kekuatan rakyat dukungan militer.
Apa yang terjadi di Mesir bukanlah ungkapan ketidakpuasan rakyat terhadap kebijakan luar negeri Hosni Mubarak. Misalnya kebijakannya terhadap Israel dan jika ditarik lebih jauh bukan pula ketidakpuasan terhadap perjanjian perdamaian 1979.
Akan tetapi, yang diinginkan kaum muda yang merupakan motor revolusi di Mesir adalah masalah mendasar, yakni hak- hak politik, kebebasan, pemilu, penegakan hak-hak asasi manusia, dan keluar dari represi.
Pemimpin yang bersikukuh dengan sikapnya, tidak mau mendengarkan suara rakyat, yang mementingkan diri, dan menggenggam erat kekuasaan pada akhirnya harus menerima kenyataan: tersingkir.
Hal yang sama kini juga tengah dialami pemimpin Yaman, Presiden Ali Abdullah Saleh, yang sudah berkuasa sejak 33 tahun silam. Ia juga mengembangkan pemerintahan otokratik, korup, dan menganut paham nepotisme.
Menurut indeks korupsi Transparency International, Yaman menempati posisi ke-146 dari 178 terkorup di dunia. Ia memberikan posisi kunci, baik pemerintahan maupun militer, kepada anggota keluarganya. Karena itu, tuntutan kaum muda Yaman juga perubahan politik. Saleh mundur.
Cerita yang hampir serupa juga terjadi di Libya dengan Moammar Khadafy-nya. Yang membedakan adalah cara Khadafy menghadapi tuntutan rakyatnya, yakni dengan tindak kekerasan, bahkan menggunakan tentara bayaran. Begitu banyak rakyatnya yang mati. Ini yang kemudian mengundang Dewan Keamanan PBB bertindak menjatuhkan sanksi.
Khadafy bukan Ben Ali, juga bukan Mubarak, yang memilih turun takhta. Khadafy dengan Libya-nya memang beda dengan Mesir dan Tunisia serta Yaman. Libya dengan sumber minyak dan gas, anti-Barat, negara secara ideologi fundamentalis, serta ekonominya independen berani dengan leluasa menjawab tuntutan rakyatnya akan kebebasan dengan keras dan tegas.
Namun, sampai kapan semua itu akan bertahan? Mengutip puisi Tunisia, ”Apabila suatu hari rakyat menginginkan kehidupan, takdir tentu akan menjawabnya, malam akan berganti terang, dan rantai-rantai akan putus”.

Bab IV : Penutup
A.          KESIMPULAN
Pergolakan di Timur tengah telah membuka mata kita bahwa ikatan-ikatan yang dibangun oleh penguasa Tiran terhadap rakyatnya kini mulai terputus. Hilang sudah kepercayaan rakyat bahwa para penguasa mampu mengurusi urusan mereka.
Pergolakan yang berawal dari Tunisia ini merupakan akumulasi penderitaan rakyat yang berpuluh-puluh tahun hidup dalam sistem Kapitalisme. Hal ini sebagaimana komentar Mohamed A El-Erian, pemimpin utama Pimco, perusahaan investasi global, putra seorang diplomat Mesir dan masih memegang paspor Mesir, yang mengatakan, kesenjangan antara si kaya dan si miskin relatif tinggi. Ini menjadi keprihatinan lama warga Mesir.
Aksi-aksi besar di Tunisia dalam waktu singkat memicu gelombang aksi serupa di Mesir, Yaman, Aljazair, dan Jordania. Di Mesir, rakyat telah muak dengan kemiskinan, pengangguran, kenaikan harga barang dan biaya hidup, korupsi, serta ketimpangan gaya hidup.
Seorang demonstran menggambarkan habisnya toleransi mereka atas segala represi dan kekejaman penguasa. Mubarak dikenal sebagai pemimpin yang reaktif terhadap kritik. Ia dengan mudah menangkapi para pengkritik. Hal itu diperburuk ketimpangan pendapatan selama 30 tahun pemerintahan Mubarak.

B.          SARAN
Perlu dicatat, Amerika dan Barat akan selalu bersikap pragmatis. Seperti persaingan yang terjadi diantara mereka. Seperti AS dan Inggris atau Prancis. Alasan atas nama kepentingan inilah yang membuat Soeharto di Indonesia, atau Marcos di Philipina tumbang. Amerika akan mengganti Mubarak dengan rezim baru yang tampak demokratis tapi masih dibawah kontrol Amerika. Begitupula yang sebentar lagi akan terjadi pada Libya. Termasuk mungkin wilayah yang jauh dari Timur Tengah, Indonesia. Dengan kata lain, sudah saatnya boneka senior AS diganti boneka junior AS. Sudah saatnya, boneka senior menjadi tumbal revolusi rakyat.
Oleh karena itu, sangat disayangkan jika perubahan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah yang sedang mengalami krisis politik ini hanya berakhir pada pergantian rezim saja. Apalagi jika tetap berada dalam kontrol langsung dari AS dan Barat.
Persoalan Timur Tengah dan negeri muslim lainnya disebabkan karena rezim yang mudah diintervensi asing. Yaitu AS dan Barat. Akhirnya, semua pengorbanan nyawa rakyat Timur Tengah harus dibayar dengan tetap langgengnya ideologi rezim.
Kapitalisme. Yang jelas-jelas telah mengakar kuat menjadi sistem yang wajib diadopsi di Negara tersebut. Yang jelas membuat manusia mengalami penderitaan yang tak kunjung berakhir. Hasilnya, revolusi ini hanyalah memakan korban nyawa demi reformasi atau perubahan yang tidak hakiki, tidak berkah dan mendasar. Demi kepentingan kelompok pragmatis dan kepentingan Amerika Serikat dan Barat tentunya.













DAFTAR PUSTAKA

http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/bagaimana-reformasi-mesir-dimulai.htm#.Utjx3VOXNGr (diunduh, Jumat/ 17 Januari 2014)

No comments:

Post a Comment